Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah ketidakpastian global yang tersulut perang dagang AS-China, Sucorinvest Asset Management merekomendasikan sejumlah sektor yang diproyeksi akan menarik untuk dilirik investor pada semester II/2019.
Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana mengatakan tensi perang dagang saat ini yang memanas lagi menunjukkan bahwa perkembangan perang dagang masih akan terus menjadi ketidakpastian.
Setidaknya, dampak perang dagang sendiri diperkirakan bakal bertahan hingga 2 tahun ke depan. Namun, pihak pemerintah AS dinilai tidak akan memberikan tarif yang seagresif sebelumnya.
Sementara dari dalam negeri, dengan kepastian politik, investor akan lebih percaya diri untuk berinvetasi terlebih ketika kabinet yang baru diumumkan. Selain itu, valuasi saham juga dinilai akan menarik pada akhir tahun ini
Di tengah terjadinya perang dagang antara AS—China, akan banyak relokasi pabrik dari China ke Indonesia. Akibatnya, sektor manufaktur akan menarik pada paruh kedua tahun ini.
“Kan kalau dari China kena tarif, kita Indonesia harus bisa manfaatkan. Kami cukup optimistis untuk sektor manufaktur dan keuangan pada tahun ini,” ujar Jemmy di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Dirinya memperkirakan, aktivitas manufaktur pun akan mulai bergairah pada kuartal ini ditopang oleh stabilitas politik.
Salah satu katalis yang paling dekat, kata Jemmy, adalah rate take up dari lahan industri yang naik dalam 1—2 tahun terakhir. Sebelumnya, menjelang Pemilu 2019, tampaknya tak hanya pasar modal tetapi investasi juga telah wait and see sehingga akan mengambil posisi setelah kepastian politik terbentuk.
“Berarti, orang yang mau investasi baru ke Indonesia dan akan membuka pabrik baru di lahan industri,” tutur Jemmy.
Dari sisi komoditas, Jemmy menilai emiten yang terkait dengan nikel juga menarik ditopang oleh komitmen pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur mobil listrik (electric vehicle/EV).
Adapun, mobil listrik nantinya akan menggunakan baterai yang komponennya berasal dari nikel. Indonesia pun bakal diuntungkan karena merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia.
Terpantau berdasarkan data Bloomberg, nikel merupakan logam dasar yang memiliki kinerja terbaik, dengan penguatan 39,2% ytd per Selasa (6/8/2019).
“Memang komoditas sedang buruk, batu bara turun, tapi CPO mulai rebound perlahan. Yang paling menarik sebenarnya nikel, satu pekan terakhir naik hampir 20% dan Indonesia adalah salah satu penghasil nikel terbesar di dunia,” imbuh Jemmy.
Di sisi produk investasi, Sucor AM masih menjagokan produk reksa dana saham dengan potensi upside dari IHSG pada akhir tahun.
“Kami rekomendasi [reksa dana] saham karena upside—nya masih lumayan terutama reksa dana saham kami selalu outperform IHSG,” ujar Jemmy.
Jemmy memperkirakan IHSG pada akhir tahun ini akan melaju ke level 6.800—6.900 dan bahkan berpotensi menyentuh level 7.000.