Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peningkatan Ketegangan Perdagangan Seret Harga Minyak Mentah

Minyak mentah melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Rabu (7/8/2019), dengan Brent meluncur ke wilayah pasar bearish, karena perdagangan AS-China terancam akan berkembang menjadi perang mata uang di tengah kekhawatiran terhadap permintaan minyak mentah.
Pompa angguk milik Unit Bisnis Pertamina EP Sangasanga Tarakan di sumur minyak Juata, Tarakan, Kalimantan Timur./JIBI
Pompa angguk milik Unit Bisnis Pertamina EP Sangasanga Tarakan di sumur minyak Juata, Tarakan, Kalimantan Timur./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Minyak mentah melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Rabu (7/8/2019), dengan Brent meluncur ke wilayah pasar bearish, karena perdagangan AS-China terancam akan berkembang menjadi perang mata uang di tengah kekhawatiran terhadap permintaan minyak mentah.

West Texas Intermediate untuk pengiriman September terpantau melemah 0,29 poin ke level US$53,34 per barel pada per barel pada pukul 06.07 WIB, setelah ditutup merosot 1,9 persen ke level US$53,63 per barel pada perdagangan Selasa (6/8) di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk kontrak Oktober ditutup melemah 0,87 poin ke level US$58,94 di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London.

MInyak mentah tetap melemah meskipun ada laporan industri bahwa stok minyak mentah AS turun selama delapan pekan berturut-turut, yang akan menjadi penurunan terpanjang dalam 19 bulan jika dikonfirmasi oleh data pemerintah pada hari Rabu.

American Petroleum Institute pada hari Rabu mengatakan persediaan turun 3,43 juta barel pekan lalu, sejalan dengan penurunan persediaan bensin juga turun. Departemen Energi AS akan merilis angka resmi pada hari Rabu.

Pemerintahan Trump sebelumnya menyatakan China sebagai manipulator mata uang, yang membuka potensi dampak yang lebih keras terhadap perdagangan global.

"Kita tidak boleh meremehkan dampak potensial dari perang dagang penuh antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini," kata Bart Melek, kepala analis komoditas global di TD Securities, seperti dikutip Bloomberg.

"Ini bisa sangat berarti kita sebagai pasar secara signifikan melebih-lebihkan pertumbuhan permintaan minyak dan kita bisa dengan mudah berada dalam situasi surplus pada tahun 2020,” lanjutnya.

Brent melema lebih dari 9 persen bulan ini karena kekhawatiran ekonomi global melampaui ancaman gangguan pasokan di Timur Tengah.

Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif mengatakan pada Senin bahwa negaranya dapat meningkatkan operasinya terhadap kapal tanker yang melewati Selat Hormuz, titik pengiriman minyak paling penting di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper