Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Terus Intervensi Pasar, Rupiah Tetap Ditutup Melemah

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (6/8/2019), rupiah ditutup di level Rp14.276 per dolar AS, melemah 0,15% atau 22 poin.
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah kembali ditutup terdepresiasi pada perdagangan Selasa (6/8/2019) meski Bank Indonesia telah melakukan intervensi secara terus-menerus melalui pasar DNDF.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (6/8/2019), rupiah ditutup di level Rp14.276 per dolar AS, melemah 0,15% atau 22 poin.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa Bank Indonesia terus melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi negara melalui pasar DNDF (Domestic Non-Deliverable Forwards) sejak dibukanya lelang hingga penutupan pasar pada perdagangan hari ini. Hal tersebut didorong oleh kondisi global yang semakin membebani rupiah.

"Walaupun mendapat pengawalan ketat dari BI, rupiah tidak cukup kuat untuk lepas dari jeratan zona merah. Pasalnya, sentimen negatif dari luar begitu luar biasa," ujar Ibrahim seperi dikutip dari keterangan resminya, Selasa (6/8/2019).

Perang dagang antara AS dan China kembali tereskalasi setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif impor 10% untuk produk China sebesar US$300 miliar. China pun membalas ancaman tersebut dengan mendeviasi nilai tukar yuan di level 7 yuan per dolar AS, level terendah dalam 10 tahun terakhir.

Ibrahim mengatakan, perselisihan antara dua ekonomi terbesar dunia ini dengan cepat berubah menjadi lebih buruk dari sebelumnya dan berhasil mengguncang pasar.

Oleh karena itu, dia memprediksi rupiah masih akan cenderung melemah pada perdagangan Rabu (7/8/2019) di kisaran Rp14.237 per dolar AS hingga Rp14.335 per dolar AS.

Sementara itu, Kepala Edukasi dan Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa perang mata uang yang dipicu oleh sengketa perdagangan AS dan China telah membebani rupiah karena menimbulkan kekhawatiran pasar atas potensi perlambatan ekonomi global.

"Kekhawatiran ini semakin mendorong pelaku pasar untuk keluar dari aset berisiko, termasuk rupiah," ujar Ariston kepada Bisnis.com, Selasa (6/8/2019).

Selain itu, pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia diperkirakan berlanjut seiring dengan data pertumbuhan PDB Indonesia meleset dari yang ditargetkan.

Hal tersebut menambahkan beban rupiah dan memicu pelemahan lebih lanjut. Oleh karena itu, dia memprediksi potensi rupiah untuk terus bergerak melemah semakin terbuka mendekati level Rp14.400 per dolar AS dengan level support di Rp14.250 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper