Bisnis.com, JAKARTA – Produksi minyak Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dilaporkan mencapai level terendah dalam 8 tahun terakhir, karena pemotongan suka rela lebih lanjut oleh Arab Saudi.
Hal tersebut kian memperdalam terpangkasnya produksi minyak yang disebabkan oleh sanksi AS terhadap Iran dan penurunan produksi di tempat lain.
Survei Reuters menemumukan, ke-14 anggota OPEC telah memompa 29,42 juta barel per hari (bph) pada Juli 2019, turun 280.000 bph dari angka revisi bulan sebelumnya. Angka tersebut merupakan total terendah produksi OPEC sejak 2011.
Selain itu, survei menunjukkan bahwa Arab Saudi tetap pada rencananya untuk secara sukarela menahan produksi lebih besar dari yang diminta oleh kesepakatan pasokan yang dipimpin OPEC untuk mendukung pasar. OPEC memperbarui pakta pasokan bulan ini, mengabaikan tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk memproduksi lebih banyak minyak.
Meskipun pasokan OPEC lebih rendah, minyak mentah Brent telah turun dari level tertinggi 2019 di atas US$75 per pada April 2019 menjadi US$65 pada Rabu (31/7/2019). Kondisi tersebut terbebani oleh kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi.
"Pembengkakan stok minyak global telah gagal menurun dan pasar tetap dipasok dengan baik," kata Stephen Brennock dari broker minyak PVM, meskipun ada pemotongan yang dipimpin OPEC.
Baca Juga
Pada Desember 2018, OPEC, Rusia, dan non anggota lainnya, yang dikenal sebagai OPEC +, sepakat untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta bph dari 1 Januari 2019. Bagian OPEC dari pemotongan tersebut adalah 800.000 bph, yang akan dikirimkan oleh 11 anggota dan membebaskan Iran, Libya, serta Venezuela.
Pada Juli 2019, ke-11 anggota OPEC yang terikat perjanjian itu telah mencapai 163 persen dari pemotongan yang dijanjikan. Ketiga produsen yang dikecualikan juga memompa lebih sedikit minyak.
Penurunan pasokan terbesar datang dari Arab Saudi, yang telah memotong pasokan lebih jauh di bawah target OPEC dalam upaya untuk mengurangi persediaan minyak. Survei ini telah mematok produksi Arab Saudi sebesar 9,65 juta bph, turun dari kuota 10,31 juta bph.
Pada November 2018, AS kembali menerapkan sanksi terhadap Iran, setelah menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 antara Teheran dan enam negara adidaya. Dalam upaya mengurangi penjualan minyak Iran menjadi nol, Washington telah mengakhiri sanksi keringanan bagi importir minyak Iran pada Mei 2019.
Bulan lalu, ekspor minyak mentah Iran turun hingga 100.000 bph dari lebih 2,5 juta bph pada April 2018.
Survei juga mencatat bahwa di Venezuela, pasokan turun sedikit karena dampak pemadaman listrik, sanksi AS terhadap perusahaan minyak negara yaitu PDVSA, dan penurunan produksi jangka panjang.
Sementara itu, produksi Libya turun karena penghentian operasional di ladang minyak Sharara. Penurunan produksi juga tercatat terjadi di Nigeria.
Adapun produksi Kuwait dan Uni Emirat Arab (UEA), meskipun menghasilkan output yang lebih tinggi, tapi tetap di bawah target OPEC mereka.