Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat menguat pada perdagangan Senin (22/7/2019) karena investor menahan ekspektasi mereka untuk pemotongan suku bunga AS pada akhir bulan dan meningkatnya ketegangan Timur Tengah yang mendukung aset safe-haven.
Meskipun fokus pasar mata uang akan berpusat pada keputusan bank sentral global pada dua minggu ke depan, para pelaku pasar juga mengamati perkembangan negosiasi AS dan China dan kinerja emiten di Wall Street.
Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya, terpantau menguat 0,026 poin atau 0,03 persen ke level 97,177 pada pukul 10.33 WIB.
Indeks dolar AS sebelumnya dibuka melemah hanya 0,01 persen atau 0,006 poin ke level 97,145, setelah pada akhir perdagangan Jumat pekan lalu ditutup menguat 0,357 poin atau 0,37 persen ke level 97,151.
Terhadap yen, dolar AS menembus level 108 yen dan mencapai level tertinggi sejak Rabu, meskipun masih pada kisaran 107-109 dalam satu bulan terakhir.
"Ada banyak ketidakpastian yang merayap masuk ke pasar," kata Nick Twidale, direktur di XChainge, seperti dikutip Reuters..
"Saya pikir kita telah melihat sedikit arus safe-haven kembali ke dolar, yang dapat naik lebih lanjut jika Federal Reserve memangkas suku bunga hanya 25 basis poin seperti yang diharapkan,” lanjutnya.
Kekhawatiran geopolitik didominasi oleh konfrontasi di jalur perdagangan minyak yang paling penting, dengan rekaman yang menunjukkan militer Iran menantang kapal perang Inggris ketika menyita sebuah kapal tanker di Selat Hormuz pada hari Jumat (19/7).
Di sisi kebijakan, pasar umumnya mengharapkan bank sentral untuk memotong suku bunga atau menjaga kebijakan moneter yang akomodatif, dimulai dengan rapat Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis dan diikuti oleh Bank of Japan dan kemudian The Fed pekan depan.
Probabilitas pemangkasan suku bunga the Fed sebesar 50 basis poin melonjak pekan lalu setelah pidato dovish oleh Presiden The Fed wilayah New York John Williams. Harapan tersebut kemudian mereda setelah juru bicara The Fed mengklarifikasi bahwa pernyataan itu tidak merujuk pada "tindakan kebijakan yang potensial".
Probabilitas penurunan 50 basis poin telah jatuh dari setinggi 71 persen pekan lalu menjadi hanya 18,5 persen pada hari Senin.
Di Asia, fokus tetap pada China dan upaya untuk mengakhiri perang dagang yang berkepanjangan dengan AS. Sebuah laporan pada akhir pekan oleh kantor berita China Xinhua menunjukkan beberapa perusahaan lokal berusaha untuk membeli produk pertanian AS, yang menjadi suatu tanda kemungkinan kemajuan.