Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang euro dinilai bisa menjadi pilihan aset investasi aman atau safe haven bagi para investor jika terjadi krisis keuangan global di masa yang akan datang.
Sebagai informasi, saat ini terdapat tiga instrumen yang dianggap sebagai aset investasi aman oleh investor, yaitu emas, yen, dan dolar AS.
Ahli Strategi Makro Bloomberg Mark Cudmore mengatakan bahwa melihat daya tarik jangka panjang euro, mata uang benua biru tersebut berpotensi menjadi tempat pelarian para investor ketika situasi keuangan global tidak aman. Bahkan, kekokohan fundamental euro sebagai safe haven diprediksi lebih baik dibandingkan dengan dolar AS.
“Mungkin banyak yang berpikir bahwa defisit utang Eropa tidak terkendali, apalagi dengan drama anggaran pemerintah dari Italia dan Prancis yang masih berlangsung. Namun, sesungguhnya bila dibandingkan dengan AS, utang zona Eropa masih lebih kecil,” ujar Mark seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (16/7/2019).
Bahkan, International Monetary Fund (IMF) memprediksi utang Eropa akan membaik dibandingkan dengan AS dan turun secara signifikan pada 5 tahun ke depan. Tercatat, utang zona Eropa mencapai 85% terhadap PDB pada akhir 2018, turun dari 91,8%, capaian 4 tahun sebelumnya.
Kemudian, proyeksi positif ekonomi kawasan benua biru juga dibantu oleh mantan bos IMF, Christine Lagarde, yang akan ditetapkan sebagai presiden Bank Sentral Eropa atau European Central Bank pada 1 November mendatang.
Baca Juga
Calon pengganti dari Mario Draghi tersebut, membawa harapan bagi pasar bahwa ekonomi Eropa akan membaik dengan pemimpin yang dinilai dapat mengelola kebijakan moneter dengan luar biasa.
Hal tersebut bahkan menjauhkan Uni Eropa dari proyeksi resesi di tengah banyaknya ketidakpastian ekonomi di wilayah tersebut.
“Hingga akhirnya, faktor-faktor tersebut dapat menjadikan euro berfungsi sebagai tempat yang aman dari krisis keuangan global berikutnya,” papar Mark.
Kendati demikian, pada perdagangan Selasa (16/7/2019) hingga pukul 16.59 WIB, euro di pasar spot bergerak melemah melawan dolar AS dengan bergerak menurun 0,20% menjadi US$1,1236 per euro. Sepanjang tahun berjalan, euro telah bergerak menguat 2,087%.
Euro bergerak melemah akibat investor tengah menanti rilis data ekonomi Jerman. Namun, prospek pelonggaran kebijakan moneter bank sentral yang dimulai oleh The Fed pada akhir bulan ini telah berhasil membatasi penurunan euro.