Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Schroders Indonesia Favoritkan Saham Sektor Perbankan dan Konsumer

Sektor perbankan dinilai menarik karena merupakan kontributor terbesar yang menggerakkan IHSG, sedangkan sektor konsumer terdorong oleh daya beli masyarakat.
Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya (kanan) berbincang dengan Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya (kiri), dan CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi saat peluncuran aplikasi CommBank SmartWealth, di Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya (kanan) berbincang dengan Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya (kiri), dan CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi saat peluncuran aplikasi CommBank SmartWealth, di Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Schroders Investment Management Indonesia membidik saham-saham emiten sektor perbankan dan konsumer untuk dikoleksi dalam portofolio reksa dana yang dikelolanya.

Bonny Iriawan, Executive Vice President Intermediary Business Schroders Indonesia, menjelaskan bahwa sektor perbankan dan sektor konsumer masih menjadi underlying asset favorit dari manajer investasi asal Inggris tersebut.

“Pemangkasan suku bunga dan fokus anggaran APBN pemerintah memang menguntungkan semua sektor, tapi yang paling dominan perbankan dan konsumer,” katanya.

Menurut Bonny, sektor perbankan menjadi menarik karena merupakan kontributor terbesar yang menggerakkan IHSG. Kendati pemangkasan suku bunga nantinya dapat menekan net interest margin (NIM) perbankan, kondisi NIM yang masih lebar saat ini diharapkan mampu meredam tekanan tersebut.

Selain itu, dirinya juga menilai bahwa langkah Bank Indonesia untuk menurunkan giro wajib minimum (GWM) perbankan sebelum benar-benar menurunkan suku bunga sudah tepat. pasalnya, likuiditas yang ada di pasar akan bertambah besar dan kemampuan perbankan untuk menyalurkan dana melalui pinjaman juga akan bertambah.

Sementara itu, untuk sektor konsumer juga masih menjadi pilihan manajer investasi yang mengelola dana senilai Rp83,73 triliun per Juni 2019 tersebut.

Bonny menjelaskan, sektor konsumer bakal ditopang oleh anggaran belanja pemerintah yang fokus dialirkan untuk masyarakat berpendapatan rendah supaya daya beli tetap kuat. Adapun daya beli yang terjaga diharapkan bisa mendorong konsumsi ketika suku bunga turun nantinya.

Secara historis, pertumbuhan ekonomi Indonesia telah mendapatkan berkah dari konsumsi domestik yang menyumbang sebesar 55%-56% terhadap produk domestik bruto (PDB).

“Kami melihat, budget pemerintah juga prokonsumsi. PDB Indonesia itu 56% kontributor pertumbuhannya dari konsumsi,” tutur Bonny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper