Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa ditutup melemah pada perdagangan hari keempat berturut-turut, Rabu (10/7/2019), terbebani optimisme sementara soal prospek kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) di tengah ketidakpastian global.
Dalam testimoninya di depan DPR AS pada Rabu (10/7), Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan ketidakpastian perdagangan dan kekhawatiran tentang ekonomi global terus membebani prospek ekonomi AS.
Oleh karenanya, The Fed dinyatakan siap untuk bertindak sesuai dengan semestinya demi mempertahankan ekspansi.
Pergerakan pasar sempat menguat merespons komentar bernada dovish tersebut. Indeks S&P 500 naik melampaui level 3.000 untuk pertama kalinya dan sebagian besar indeks saham di Eropa menyentuh wilayah positif.
Optimisme itu, bagaimanapun, terbukti hanya sementara ketika seluruh indeks saham utama kemudian tergelincir ke wilayah negatif dan indeks Stoxx 600 Eropa ditutup turun 0,2 persen.
"Sejauh ini, Powell belum memberikan banyak petunjuk terkait kemungkinan perubahan kebijakan moneter, meskipun ia memperingatkan bahwa ketidakpastian berlanjut,” terang David Madden, analis pasar di CMC Markets.
“Sebagian pedagang menanti sampai mereka mendapatkan pandangan yang jelas dari Powell,” tambahnya, seperti dikutip dari Reuters.
Pernyataan Powell tentang ekonomi global disampaikan sehari setelah raksasa bahan kimia asal Jerman BASF memperingatkan bahwa perang dagang yang berlarut-larut antara AS dan China kemungkinan akan menekan laba perusahaan, khususnya untuk sektor pertanian dan otomotif.
Saham real estat dan telekomunikasi membukukan penurunan terbesar pada Stoxx, tetapi saham bank-bank dan indeks bank FTMIB Milan unggul karena data industri yang kuat dari Prancis dan Italia pada hari sebelumnya membantu mendorong imbal hasil obligasi zona euro lebih tinggi.
Di sisi lain, lonjakan harga minyak mentah dan kenaikan harga logam membantu saham energi dan pertambangan mendorong sektor migas dan sumber daya dasar masing-masing naik hampir 0,6 persen.