Bisnis.com, JAKARTA - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. cukup gencar mengincar proyek-proyek potensial di luar negeri. Tahun ini saja, target nilai kontrak yang dibidik mencapai Rp4,5 triliun. Apa alasan WIKA menggenjot ekspansi di luar negeri?
Mahendra Vijaya, Corporate Secretary Wijaya Karya, menuturkan perseroan memang menyasar proyek luar negeri yang margin labanya lebih tinggi dari dalam negeri.
“Gross margin bisa sekitar 13%—17% [untuk proyek luar negeri], sedangkan di Indonesia sekitar 10%—12%, karena kalau tidak lebih tinggi buat apa ke luar negeri, di Indonesia juga banyak proyek," paparnya kepada Bisnis.com, Senin (8/7/2019).
Keuntungan lain, lanjutnya, emiten berkode saham WIKA itu mendapatkan pembayaran dalam valuta asing. Dengan demikian, kemampuan hedging meningkat untuk belanja valuta asing terhadap mesin-mesin impor.
Kendati demikian, Mahendra menyebut terdapat sejumlah risiko yang dihadapi perseroan seperti regulasi imigrasi, perpajakan, ekspor impor, iklim, dan budaya.
“Tetapi yang penting risikonya terukur dan kami tahu bagaimana mitigasinya,” imbuhnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Operasi III Wijaya Karya Destiawan Soewardjono menuturkan perseroan telah merealisasikan kontrak baru dari luar negeri Rp827 miliar pada Januari 2019—Juni 2019. Nilai tersebut didapatkan kontraktor pelat merah itu dari sejumlah negara.
Salah satu proyek yang didapatkan perseroan yakni Unit Logement di Aljazair. Dari situ, WIKA membukukan kontrak senilai Rp506 miliar.
Destiawan mengungkapkan masih membidik sejumlah proyek di luar negeri pada semester II/2019. Sebagai gambaran, WIKA mengincar proyek jembatan di Serawak, Malaysia, dengan nilai sekitar Rp900 miliar.
Bahkan, perseroan juga tengah mengincar salah satu proyek perumahan di Pantai Gading. Nilai kontrak yang diincar perseroan dari negara itu sekitar Rp900 miliar.
Saat ini, lanjutnya, WIKA dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) tengah melakukan negoisasi terkait nilai proyek, tata cara, dan terms pembayaran untuk proyek di Pantai Gading.
“Jadi kalau target semester II/2019 tercapai semua jadi Rp4 triliun sehingga capaian kontrak baru dari luar negeri menjadi Rp4,8 triliun tahun ini,” paparnya kepada Bisnis.com, baru-baru ini.