Bisnis.com, JAKARTA -- Saham global terlihat lebih tenang pada perdagangan Senin (8/7/2019), setelah rebound pada angka ketenagakerjaan Amerika Serikat yang memudarkan ekspektasi penurunan besar-besaran suku bunga The Fed.
Di sisi lain, Deutsche Bank mencatatkan kenaikan mencapai hampir 4% pascarestrukturisasi manajemen dalam skala besar.
Sentimen juga diredam oleh keputusan Morgan Stanley untuk mengurangi eksposurnya ke ekuitas global karena kekhawatiran tentang kemungkinan pelonggaran kebijakan untuk mengimbangi data ekonomi yang lebih lemah.
Di Turki, lira, saham, dan obligasi dolar pemerintah melemah setelah Presiden Tayyip Erdogan memberhentikan gubernur bank sentral, sebuah langkah yang memicu kekhawatiran tentang independensi kebijakan moneter.
Dilansir melalui Reuters, saham Deutsche Bank menyentuh level tertinggi sejak awal Mei karena investor menyambut langkah korporasi untuk memangkas hingga 18.000 pekerja di seluruh dunia sebagai bagian dari rencana restrukturisasi yang diperkirakan menelan biaya sebesar 7,4 miliar euro.
Saham bank investasi Eropa lainnya, seperti UBS, Credit Suisse, dan Societe Generale mencatatkan kenaikan lebih dari 1%, sedangkan Barclays naik 0,3% dan HSBC turun sekitar 1%.
Kabar dari Deutsche Bank membantu penyebaran sentimen suram di zona euro dengan kenaikan 0,07% pada indeks STOXX 600 pan-Eropa.
Di antara penggerak utama pada STOXX 600 adalah TGS Nopec, yang mencatatkan kenaikan sebesar 7,1% pada pembaruan pendapatan yang lebih baik.
Di Asia, terjadi aksi jual saham besar-besaran dengan indeks MSCI dari saham Asia Pasifik, kecuali Jepang, .MIAPJ0000PUS kehilangan 1,4%, sedangkan indeks CSI300 blue-chip China CSI300 turun 2,32%, yang merupakan kerugian harian terbesar sejak 17 Mei.
"Kami menurunkan paparan kami pada ekuitas global ke kisaran yang kami anggap underweight' [sebelumnya netral]," kata ahli strategi Morgan Stanley Andrew Sheets dalam sebuah catatan, seperti dikutip melalui Reuters, Senin (8/7).
Menurut Sheets, valuasi mahal dan tekanan pada pendapatan adalah salah satu alasan mengapa mereka melakukan pengurangan paparan pada ekuitas global.
Sementara itu, bank berencana untuk meningkatkan eksposurnya ke pasar negara berkembang, kredit pemerintah, dan safe haven obligasi pemerintah Jepang.
Sejak awal tahun ini, ekuitas global umumnya telah memanfaatkan dorongan dari ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga, pada atau mendekati rekor terendah, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ekspektasi tersebut terhambat oleh laporan tenaga kerja AS yang dirilis pada pekan lalu dan menunjukkan penambahan sebanyak 224.000 pekerjaan baru sepanjang Juni, melampaui perkiraan 160.000 pekerjaan baru.
Data tersebut memberikan sinyal bahwa ekonomi terbesar dunia tersebut masih memiliki bahan bakar yang cukup untuk melaju.
Mengingat kekuatan ekonomi AS yang ditunjukkan dari data tersebut, para investor sekarang berharap agar Gubernur The Fed Jerome Powell tidak akan tergesa-gesa untuk memangkas suku bunga tahun ini.
"Perubahan pada ekspektasi memang mendorong dolar lebih tinggi dan memiliki efek negatif pada Asia, tetapi Eropa telah didukung oleh optimisme investor yang yakin dengan kebijakan pemangkasan suku bunga Bank Sentral Eropa," kata Andrew Milligan, kepala strategi global di Aberdeen Standard Investments.
Menjelang testimoni tengah tahun yang akan disampaikan Powell kepada Kongres AS pada Rabu (10/7/2019), terkait langkah kebijakan moneter berikutnya, gesekan perdagangan diharapkan dapat mereda.