Kurs Jisdor Menguat, Rupiah Lawan Tekanan Rebound Dolar AS

Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.117 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Senin (1/7/2019).

Renat Sofie Andriani - Bisnis.com

Senin, 1 Juli 2019 | 10:34

Petugas memindahkan uang di cash center'Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (15/5)./Antara-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.117 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Senin (1/7/2019).

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.117 per dolar AS, menguat 24 poin atau 0,17 persen dari posisi Rp14.141 pada Jumat (28/6).

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau lanjut menguat 17 poin atau 0,12 persen ke level Rp14.109 per dolar AS pada pukul 10.01 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (28/6), rupiah ditutup terapresiasi 0,1 persen atau 14 poin di level Rp14.126 per dolar AS, apresiasi hari kedua berturut-turut.

Penguatan nilai tukar rupiah hari ini mulai berlanjut dengan dibuka menguat 0,3 persen atau 43 poin di level Rp14.109 per dolar AS. Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.083-Rp14.119 per dolar AS.

Padahal, pada saat yang sama, indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang melacak pergerakan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, menguat 0,216 poin atau 0,22 persen ke level 96,346 pada pukul 09.52 WIB.

Pergerakan indeks sebelumnya dibuka naik 0,13 persen atau 0,124 poin di level 96,254. Indeks dolar rebound ke zona hijau setelah berakhir turun 0,07 persen atau 0,064 poin di posisi 96,139 pada perdagangan Jumat (28/6), penurunan hari kedua berturut-turut.

Penguatan rupiah didorong oleh pembelian aset-aset yang lebih berisiko oleh para investor menyusul tercapainya gencatan senjata dagang antara Amerika Serikat dan China di sela-sela KTT G20, Osaka, Jepang, pada Sabtu (29/6/2019).

Juru bicara Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, BI tidak terburu-buru menurunkan biaya pinjaman seiring dengan upayanya guna mempertahankan daya tarik imbal hasil untuk investor.

“Jika kami memangkas suku bunga terlalu cepat, stabilitas eksternal akan terpukul, terutama jika ketegangan perdagangan tetap seperti saat ini,” jelas Onny, seperti dilansir dari Bloomberg.