Bisnis.com, JAKARTA - Emas tergelincir pada perdagangan Rabu (19/6/2019) seiring dengan investor yang menunggu keputusan kebijakan moneter Federal Reserve AS dan peningkatan hubungan perdagangan antara AS dan China yang menekuk daya tarik emas.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (19/6/2019) pukul 11.05 WIB, harga emas di pasar spot bergerak pada level US$1.345,07 per troy ounce, melemah 0,11%. Sementara itu, harga emas di bursa Comex bergerak pada level US$1.347,7 per troy ounce, melemah 0,22%.
Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad mengatakan bahwa pergerakan emas akan terbatasi oleh positifnya perkembangan perdagangan AS dan China, setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping setuju untuk bertemu di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan mendatang.
"Akibatnya, harga emas berpeluang menguji level support US$1.339 per troy ounce. Pelemahan lebih dalam berpeluang semakin menekan harga emas ke level support di US$1.337 per troy ounce dan US$1.335 per troy ounce," ujar Ahmad seperti dikutip dari publikasi risetnya, Rabu (19/6/2019).
Padahal, emas berpotensi untuk bergerak naik seiring dengan komentar Presiden AS Donald Trump yang menekan The Fed untuk menurunkan suku bunga AS. Oleh karena itu, Ahmad menilai emas berpotensi untuk bergerak naik menguji level resistennya di kisaran US$1.346 per troy ounce.
Adapun, emas telah bergerak bullish sejak akhir Mei akibat spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan di tengah tanda-tanda perlambatan ekonomi AS. Namun, para ekonom tidak melihat langkah pemangkasan suku bunga akan dilakukan The Fed pada pertemuannya kali ini.
Baca Juga
Managing Partner Vanguard Markets Stephen Innes mengatakan bahwa data ekonomi AS yang lebih rendah telah mendukung emas dan membangun spekulasi yang lebih kuat bagi FOMC untuk bertindak memangkas suku bunganya lebih cepat.
"Tapi kemudian penguatan emas runtuh setelah pasar ekuitas menguat akibat sentimen perang dagang tersebut," ujar Stephen seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (19/6/2019).