Bisnis.com, JAKARTA – Transparansi yang ditawarkan oleh teknologi blockchain membuat Amerika Serikat tertarik menerapkan teknologi blockchain untuk kegiatan zakat dan wakaf.
M. Deivito Dunggio, Direktur Eksekutif Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) mengatakan bahwa saat ini Amerika Serikat sedang mengembangkan wakaf dan zakat dengan teknologi blockchain.
Dia menjelaskan pemanfaatan teknologi blockchain di dua kegiatan tersebut membuat seluruh kegiatan yang dilakukan oleh badan zakat dan wakat semakin transparan.
“Selama ini kita mempercayakan dana dikelola oleh badan pengelola zakat tetapi di badan zakat kan belum ada sistem yang bisa melacak apakah benar badan zakat mengelola zakat kita dengan benar secara transparan?” katanya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Ahom, sapaan Deivito, menambahkan bahwa hadirnya teknologi blockchain dalam pencatatan zakat dipastikan akan membuat kinerja badan zakat semakin transparan.
Di samping itu, sambungnya, teknologi blockchain juga membuat orang yang tidak terlibat di badan zakat bisa memantau penggunaan zakat ini berjalan sebagaimana mestinya.
“Ketika ada seseorang yang sedang memperhatikan Anda bekerja pasti Anda akan lebih rajin ada perasaan takut untuk melakukan kecurangan,” kata Ahom.
Blockchain adalah sebuah tekonologi tanpa perantara yang tidak memiliki sentral atau pusat (terdesentralisasi) yaitu pihak ketiga.
Dengan teknologi ini, semua orang dapat bertransaksi tanpa perantara sehingga trasaksi tersebut dapat diketahui oleh semua orang. Umumnya, transaksi dilakukan dalam bentuk saling tukar bitcoin. Namun dalam pemanfaatan blockchain di Amerika yang diadopsi hanya sistemnya saja.