Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketegangan AS dan Iran Angkat Harga Minyak Mentah

Harga minyak mentah global menguat tipis hari ini, Selasa (21/5/2019), karena eskalasi ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran. Selain itu juga karena sinyal OPEC akan melanjutkan pemangkasan suplai minyak pada tahun ini.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global menguat tipis hari ini, Selasa (21/5/2019), karena eskalasi ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran. Selain itu juga karena sinyal OPEC akan melanjutkan pemangkasan suplai minyak pada tahun ini.

Data Bloomberg menunjukkan, hingga pukul 09.48 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate menguat 0,30% atau 0,19 poin ke level US$63,29 per barel. Adapun, harga minya Brent menguat 0,28% atau 0,20 poin ke level US$72,17 per barel.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Senin (20/5/2019) waktu setempat, mengancam Iran dengan kekuatan besar jika menyerang kepentingan AS di Timur Tengah. Pernyataan tersebut muncul setelah sebuah serangan roket di Baghdad, Irak. Washington menduga insiden itu digerakan oleh milisi yang terkait dengan Iran.

Sementara Iran, Selasa (21/5) menyatakan bahwa mereka akan melawan tekanan AS, menolak pembicaraan lebih lanjut dalam situasi saat ini.

Bank ANZ menyatakan, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah menunjukkan sebuah risiko tinggi bagi harga minyak mentah.

Tensi tersebut datang di tengah pengetatan pasar yang telah dijalankan oleh OPEC, Rusia, dan produsen non-OPEC lainnya. Kelompok yang dikenal dengan OPEC+ telah menahan pasokan sejak awal tahun ini untuk mendongkrak harga minyak.

Sebuah pertemuan telah dijadwalkan pada 25-26 Juni mendatang di Wina, Austria. Namun, kelompok tersebut tengah mempertimbangkan pertemuan lebih maju yaitu 3-4 Juli mendatang, dengan sinyal Arab Saudi melanjutkan pemangkasan sukarela tersebut.

Meskipun demikian, harga minyak dibatasi oleh tekanan pasar keuangan, yang terseret pekan ini karena kekhawatiran perang dagang AS dan China berlarut-larut. Hal tersebut dikhawatirkan mengakibatkan perlambatan global yang meluas.

Singapura, dipandang sebagai penentu arah kesehatan ekonomi global, Selasa (21/5), mencatat pertumbuhan kuartalan terendah dalam hampir satu dekade 1,2% secara year on year. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper