Bisnis.com,JAKARTA — PT Aneka Tambang Tbk. akan berkolaborasi dengan dua perseroan asal China untuk proyek pengembangan komoditas nikel yang menjadi bagian dari rencana penghiliran perseroan.
Direktur Utama Aneka Tambang Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan akan meneken head of agreement (HoA) dengan Shandong Xinhai, produsen feronikel terbesar di China. Rencananya, kedua perusahaan akan menggarap proyek nikel di Pulau Gag, Papua.
Arie menyebut kapasitas produksi dari proyek tersebut sekitar 40.000 ton feronikel dan 600.000 ton stainless steel. Nilai proyek diperkirakan mencapai US$1,2 miliar.
“Harapan setelah lebaran sudah HoA dan tiga bulan kemudian ada joint venture agreement,” jelasnya di Jakarta, Senin (20/5/2019).
Selain dengan Shandong Xinhai, emiten berkode saham ANTM itu juga akan berkolaborasi dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company. Perseroan berencana membangun pabrik yang memproses nikel menjadi katoda untuk bahan baku baterai.
Arie mengatakan ANTM juga akan membentuk JV. Menurutnya, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) juga akan bergabung ke dalam kerja sama tersebut.
“Proyek mungkin membutuhkan investasi US$6 miliar hingga US$12 miliar tergantung kapasitas produksi yang nanti akan dibahas lebih lanjut,” ujarnya.
Di sisi lain, Kunto Hendrapawoko, Senior Vice President (SVP) Corporate Secretary Aneka Tambang menjelaskan bahwa realisasi konstruksi proyek pembangunan pabrik feronikel Halmahera Timur (P3FH) telah mencapai 95% per Maret 2019. Ditargetkan konstruksi pabrik feronikel Haltim akan memasuki fase commisioning pada semester II/2019.
Untuk pengembangan proyek Nickel Pig Iron (NPI) Blast Furnace, dia menyebut dua line pertama akan memulai fase produksi pada kuartal IV/2020. Pada April 2019, telah dilakukan penandatanganan EPC Contract Agreement.
Proyek NPI Blast Furnace total investasinya sekitar US$320 juta. Total kapasitas produksi mencapai 320.000 ton NPI atau setara 30.000 ton nikel dalam NPI (TNi).
Adapun, fasilitas itu memiliki delapan line produksi.