Bisnis.com, JAKARTA -- Di tengah penurunan laba bersih yang mencapai 52,89% secara tahunan pada kuartal I/2019, saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. masih direkomendasikan sejumlah analis. Mampukah laju saham kontraktor pelat merah itu kembali lewati level Rp2.000?
Pada kuartal I/2019, Waskita Karya melaporkan pendapatan Rp8,68 triliun. Realisasi itu turun dari 29,94% dari Rp12,39 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Dari situ, perseroan membukukan laba bersih Rp716,24 miliar pada kuartal I/2019. Pencapaian tersebut turun 52,89% dari Rp1,52 triliun pada kuartal I/2018.
Di pasar modal, saham emiten bersandi WSKT terpantau dalam tren negatif dalam sebulan terakhir. Pasalnya, laju telah mengalami koreksi 7,77%.
Akan tetapi, untuk periode berjalan 2019, saham kontraktor pelat merah itu masih tercatat tumbuh 9,52% sampai dengan penutupan perdagangan, Selasa (14/5). Pada sesi itu, saham WSKT ditutup terkoreksi 30 poin atau 1,60% ke level Rp1.840.
Adapun, total kapitalisasi pasar yang dimiliki senilai Rp24,98 triliun dengan price earning ratio (PER) 8,72 kali.
Baca Juga
Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, analis PT Indo Premier Sekuritas Willy Goutama dan Laura Oei menjelaskan bahwa laba bersih yang dikantongi oleh WSKT secara relative masih sejalan dengan proyeksi dan konsensus. Selanjutnya, penurunan pendapatan terjadi karena WSKT terlihat sejumlah proyek pada semester I/2019.
Dari sisi kontrak baru per kuartal I/2019, Willy dan Laura menyebut realisasi Rp4,2 triliun atau sekitar 8% dari target WSKT masih terbilang rendah. Pasalnya, dalam 5 tahun terakhir, rerata perolehan kontrak perseroan pada periode kuartal I sekitar 12%.
Kendati demikian, WSKT disebut masih memilikipipeline proyek dalam nilai besar. Pekerjaan itu akan berasal dari jalan tol 38%, pracetak 14%, dan utilitas 48%.
Willy dan Laura masih mempertahankan rekomendasi hold untuk saham WSKT. Target harga saham berada di level Rp2.000 per lembar.
Di sisi lain, dalam riset yang juga dipublikasikan melalui Bloomberg, Analis PT SucorSekuritas Joey Faustian meyakini WSKT akan membukukan kontrak baru Rp48 triliun pada 2019. Artinya, realisasi itu tumbuh sekitar 78% dari Rp27 triliun pada 2018.
Joey menyebut rendahnya kontrak baru WSKT pada 2018 akibat tender proyek yang tertunda dan kendala keuangan perseroan. Kontraktor pelat merah itu memiliki level utang paling tinggi dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya di sektor tersebut.
Dia merekomendasikan hold saham WSKT dengan target Rp2.200. Pihaknya tetap berhati-hati dengan kejelasan proses divestasi, rasio kontrak dihadapi atau order book terhadap pendapatan, serta utang yang dimiliki oleh perseroan.
Namun, proyeksi yang diberikan belum memasukan rencana divestasi. Potensi kenaikan dari rekomendasi mungkin berasal dari sukesnya divestasi jalan tol dan perolehan kontrak baru yang lebih tinggi dari ekspektasi.