Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah lebih dari 1 persen pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Selasa (14/5/2019), seiring dengan melemahnya bursa saham di Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG merosot 1,29 persen atau 79,12 poin ke level 6.056,27 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Senin (13/5), IHSG ditutup melemah 1,19 persen atau 73,72 poin di level 6.135,40.
Indeks mulai melanjutkan pelemahannya dengan dibuka turun 0,88 persen atau 53,99 poin di level 6.081,4 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.033,62 – 6.090,70.
Seluruh sembilan sektor menetap di zona merah, dipimpin sektor industri dasar (-2,42 persen), pertanian (-1,51 persen), dan aneka industri (-1,45 persen).
Sebanyak 89 saham menguat, 261 saham melemah, dan 282 saham stagnan dari 632 saham yang diperdagangkan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang masing-masing turun 1,34 persen dan 1,71 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG siang ini.
Indeks saham lainnya di Asia mayoritas juga melemah, di antaranya indeks FTSE Straits Times Singapura (-0,86 persen), indeks FTSE Malay KLCI (-0,29 persen), dan indeks PSEi Filipina (-1,97 persen).
Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing turun 0,63 persen dan 0,75 persen, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 1,36 persen, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China turun 0,24 persen dan 0,04 persen masing-masing.
Sentimen terbaru perang dagang antara Amerika Serikat dan China menekan bursa saham di Asia pada perdagangan hari ini, setelah pemerintah Negeri Tirai Bambu mengumumkan akan menaikkan tarif terhadap produk-produk senilai US$60 miliar asal Amerika Serikat.
Langkah tersebut merupakan bentuk balasan atas kenaikan tarif yang dilancarkan sebelumnya oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Sentimen pasar kemudian sedikit terbantukan setelah Trump mengutarakan harapannya bahwa negosiasi perdagangan AS dengan China akan berhasil.
Pasar saham China yang terpukul pada awal perdagangan pun mampu memangkas sebagian penurunannya di tengah tanda-tanda dukungan dari pemerintah.
Namun, menurut Kerry Craig, pakar strategi pasar global di JP Morgan Asset Management, dampak tarif tersebut mungkin tidak terlalu dihiraukan sampai keadaan menjadi lebih buruk.
“Rasanya meragukan akan ada resolusi awal untuk gangguan saat ini dalam negosiasi hanya berdasarkan pergerakan pasar. Selain itu, karena tidak ada jadwal yang jelas untuk pertemuan antara negosiator China dan AS, pasar cenderung akan lebih tidak stabil,” terangnya, seperti dikutip Reuters.