Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor kapas Pantai Gading, produsen kapas terbesar keempat di Afrika, diperkirakan mencatatkan rekor pada musim 2019/2020.
Laporan yang dirilis oleh Departemen Agrikultur Amerika Serikat (US Department of Agriculture/USDA), Rabu (1/5/2019), menunjukkan bahwa ekspor kapas Pantai Gading diproyeksikan mencapai 875.000 bal (1 bal setara dengan 480 pon) pada 2019/2020.
Jumlah tersebut meningkat 125.000 bal dibandingkan dengan estimasi ekspor periode 2018/2019, sebesar 750.000 bal. Perkiraan ekspor tersebut merupakan rekor baru bagi negara di Afrika Barat itu, sejalan dengan hasil panen meningkat dan area produksi yang kian meluas.
“Dengan asumsi kondisi normal, negara tersebut sepertinya siap memperkuat statusnya sebagai salah satu eksportir utama [kapas] dari Afrika setelah Mali, Benin, dan Burkina Faso,” mengutip laporan tersebut dari Reuters, Kamis (2/5/2019).
Laporan tersebut juga mencatat, hampir semua kapas yang diproduksi oleh Pantai gading diekspor untuk diproses lebih lanjut di tempat lain. Di dalam negeri, industri tekstil Pantai Gading berjuang agar bisa bersaing di pasar global. “Sebuah tantangan yang diperkirakan akan berlangsung lama.”
Dalam ekspor itu, Bangladesh merupakan importir utama kapas Pantai Gading. Selain Bangladesh, ekspor kapas Pantai Gading mengarah ke India, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. “Sebagian kecil destinasi ekspor ditujukan ke Uni Eropa dan Turki.”
Baca Juga
Secara keseluruhan produksi kapas Pantai Gading pada periode tersebut diproyeksikan mencapai 925.000 bal. Sementara itu, Pemerintah Pantai Gading menargetkan pada musim 2020/2021, panen kapas menyentuh angka 1 juta bal.
Masih dalam laporan yang sama, Pantai Gading tidak memiliki persediaan kapas karena seluruhnya diekspor. Para produsen kapas sengaja menjual hasil panen karena minimnya gudang penyimpanan.
Meski begitu, mengingat pasokan yang terus bertambah dan ekspektasi ekspor kapas dapat menguat, stok akhir kapas di Pantai Gading diperkirakan menjadi 290.000 bal pada 2018/2019, sedikit turun menjadi 280.000 bal pada 2019/2020.
Di negara produsen kapas lainnya, Mali, menurut perusahaan tekstil negara Malian Company for Textile Development, produksi bahan pakaian tersebut turun 10% menjadi 656.548 ton selama akhir musim pada Maret lalu.
Kepala Perusahaan Baba Berthe mengatakan, hal itu terjadi karena gangguan banjir di area perkebunan. Alhasil gangguan cuaca tersebut membuat Mali kehilangan target produksi pada angka 750.000 ton pada Maret.
Berdasarkan laporan proyeksi kapas global 2019 USDA, produksi kapas dunia pada 2018/2019 diperkirakan melemah 4,2% dari tahun sebelumnya menjadi 118,5 juta bal. Mengingat banyak negara produsen mengalami penurunan produksi, kecuali China dan Brasil.
Adapun, konsumsi kapas global pada periode tersebut diperkirakan mencapai 123,6 juta bal, tumbuh tipis 0,9% dari tahun sebelumnya. Konsumsi terbesar diperkirakan berasal dari India, Bangladesh, dan Vientam.
Dalam perkembangan lain, hingga pukul 15.40 WIB, harga kapas global di bursa Intercontinental Exchange melemah 0,30% atau 0,23 poin ke level US$76,48 per pon.