Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Rabu (1/5/2019) menyusul laporan yang menunjukkan cadangan minyak mentah AS membengkak ke level tertinggi sejak 2017, sementara produksi Amerika mencetak rekor baru.
Kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni melemah 0,5 persen atau 0,31 poin ke level US$63,60 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak berjangka Brent untuk pengiriman Juli melemah 0,62 poin ke level US$72,18 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Dilansir dari Bloomberg, Energy Information Administration mengatakan persediaan minyak AS naik hampir 10 juta barel pekan lalu, menghempaskan perkiraan analis dan industri.
Sementara itu, cadangan bensin juga menunjukkan peningkatan mengejutkan, mengabaikan tanda-tanda pengetatan pasokan di tempat lain.
Minyak mencapai level tertinggi enam bulan pekan lalu ketika AS berjanji untuk memperketat sanksi terhadap Iran, yang menambah tekanan setelah konflik di Venezuela dan pengurangan produksi oleh OPEC.
Namun melonjaknya output di AS yang sekarang diperkirakan sekitar 12,3 juta barel per hari masih mengancam reli penguatan harga minyak.
"Di tengah sejumlah katalis bullish ini ada salah satu kantong kelemahan yang semakin dalam, stok minyak AS membengkak karena kenaikan dalam persediaan minyak mentah," kata Stephen Brennock, analis di PVM Oil Associates Ltd., seperti dikutip Bloomberg.
Harga juga melemah setelah karena aktivitas manufaktur AS turun ke level terendah dua tahun dan upaya pemberontakan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro tampaknya gagal.
Persediaan minyak AS secara konsisten melebihi ekspektsi baru-baru ini, meningkat dalam lima dari enam minggu terakhir. Bersamaan dengan booming minyak shale AS, perlambatan di kilang karena pemeliharaan musim semi, masalah cuaca dan kecelakaan telah membuat lebih banyak minyak mentah menumpuk di tangki penyimpanan di AS. EIA juga mencatat impor naik ke level tertinggi sejak Februari.