Bisnis.com, JAKARTA — Moody's Investors Service kembali menegaskan peringkat korporasi PT Alam Sutera Tbk. (ASRI) tetap pada posisi B2, dengan outlook negatif.
Jacintha Poh, a Moody's Vice President and Senior Credit Officer mengatakan bahwa penegasan peringkat ini mencerminkan kondisi pemasaran Alam Sutera yang sehat, terlihat dari penjualan pada kuartal I/2019. Poh mengharapan, risiko refinancing perusahaan selama 12 bulan ke depan akan ditangani dengan penerbitan bond yang diusulkan.
"Prospek Alam Sutera tetap negatif yang mencerminkan ketidakpastian atas penjualan tanah ke China Fortune Land Development Co, Ltd. (CFLD), karena yang terakhir terlambat membayar sekitar Rp500 miliar untuk tanah yang dibeli pada 2018, " tambah Poh.
Untuk kuartal I/2019, Alam Sutera membukukan marketing sales sekitar Rp850 miliar dan Rp34 miliar dari penjualan tanah ke CFLD. Realisasi tersebut masih sejalan dengan target Alam Sutera, di mana target marketing sales senilai Rp3,5 triliun. Akan tetapi, masih jauh dari target penjualan tanah ke CFLD senilai Rp1,5 triliun.
Jika Alam Sutera tidak dapat melakukan penjualan tanahnya ke CFLD, Moody's memperkirakan EBITDA utang / homebuilding yang disesuaikan akan melemah 5x pada 2019 dan 6x pada 2020.
Namun, risiko refinancing Alam Sutera selama 12 bulan ke depan akan dapat diatasi setelah penerbitan obligasi berhasil. Alam Sutera (ASRI) memiliki profil utang jangka pendek sekitar 2,5 tahun dan akan jatuh tempo pada 2022. Emiten bersandi saham ASRI bermaksud untuk menerbitkan notes senilai US$125 juta pada 2022 catatan.
Poh menambahkan, peringkat B2 Alam Sutera mencerminkan kepemilikan perusahaan yang besar dan land bank berbiaya rendah, situasi sangat memungkinkan ASRI untuk menghasilkan margin laba kotor yang kuat melebihi 50%.
Peringkat-peringkat tersebut juga memperhitungkan peningkatan volatilitas pendapatan dan arus kas ASRI dalam 2 tahun terakhir.
Di sisi lain, prospek ASRI dapat kembali stabil jika perusahaan, pertama, berhasil membiayai kembali US$73 juta dari catatan tahun 2020. Kedua, terus menjalankan rencana bisnisnya, khususnya, penjualan tanahnya ke CFLD. Ketiga, mempertahankan metrik keuangan yang stabil, sehingga disesuaikan utang / homebuilding EBITDA di bawah 5.0x dan homebuilding yang disesuaikan EBIT / beban bunga di atas 2,0x.
Moody's bisa menurunkan peringkat jika Alam Sutera dan profil likuiditas melemah karena beberapa alasan. Pertama, ketidakmampuan untuk mengatasi refinancing notes 2020. Kedua, kegagalan dalam menjalankan bisnisnya merencanakan, khususnya, penjualan tanahnya ke CFLD. Ketiga, kemunduran di pasar properti, yang mengarah ke kelemahan berlarut-larut di perusahaan operasi dan keempat depresiasi material dalam rupiah Indonesia, yang dapat meningkatkan kewajiban pembayaran utang perusahaan.