Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tertekan Beban Bunga, Laba Intiland (DILD) Merosot 57 Persen di Kuartal I/2019

Laba emiten properti, PT Intiland Development Tbk. pada kuartal I/2019 kurang memuaskan karena tertekan beban bunga.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk Archied Noto Pradono (dari kanan) berbincang dengan Direktur Pengembangan Bisnis Permadi Indra Yoga, dan Direktur PT Menara Prambanan Hans Hutoyo Halim, usai penandatanganan naskah kerja sama, Jakarta, Kamis (11/4/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk Archied Noto Pradono (dari kanan) berbincang dengan Direktur Pengembangan Bisnis Permadi Indra Yoga, dan Direktur PT Menara Prambanan Hans Hutoyo Halim, usai penandatanganan naskah kerja sama, Jakarta, Kamis (11/4/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — Laba emiten properti, PT Intiland Development Tbk. pada kuartal I/2019 kurang memuaskan karena tertekan beban bunga.

Pada kuartal I/2019, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp48,39 miliar, turun 57% dari posisi Rp112,78 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

“Penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh meningkatnya beban bunga pada 3 bulan pertama tahun ini,” ujar Archied Noto Pradono Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland melalui keterangan resmi, dikutip Kamis (1/5/2019).

Beban bunga yang dicatatkan per Maret 2019 senilai Rp94,68 miliar, naik 58,5% dari posisi Rp59,7 miliar pada Maret 2018.

Di sisi lain, emiten bersandi saham DILD membukukan pendapatan usaha Rp887,6 miliar atau naik sebesar 25% dibandingkan kuartal I/2018 yang mencapai Rp709,2 miliar.  Dia menjelaskan, pertumbuhan pendapatan usaha terutama berasal dari peningkatan pengakuan pendapatan dari segmen pengembangan mixed-use & high rise. 

Menurutnya, peningkatan itu seiring dengan proses penyelesaian sejumlah proyek mixed-use & high rise di Jakarta dan Surabaya, seperti Fifty Seven Promenade, Graha Golf, dan The Rosebay.  Dia mengharapkan, pasar properti tumbuh positif dan minat beli konsumen dan investor cepat kembali pulih.
 
Archied menjelaskan bahwa pendapatan usaha Intiland selama ini ditopang dari empat segmen pengembangan. Selain bersumber dari pengembangan mixed-use & high rise, pendapatan usaha perseroan juga diperoleh dari kawasan perumahan, kawasan industri, dan properti investasi.  

Segmen pengembangan mixed-use & high rise tercatat sebagai kontributor pendapatan usaha terbesar mencapai Rp523,4 miliar atau 59% dari keseluruhan. Pendapatan usaha tersebut melonjak 165% dibandingkan triwulan I tahun lalu sebesar Rp197,4 miliar.  
 
Kontributor terbesar selanjutnya berasal dari segmen properti investasi yang mencatatkan pendapatan usaha Rp157,1 miliar atau 18% dari keseluruhan. Segmen yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (reccuring income) ini meningkat 13% dibandingkan kuartal I/2018 sebesar Rp138,5 miliar.  
 
Dari segmen pengembangan kawasan perumahan, DILD membukukan pendapatan usaha sebesar Rp144,7 miliar, atau 16% dari keseluruhan. Perolehan dari segmen ini mengalami penurunan 61% dibandingkan Rp373,3 miliar di periode yang sama tahun lalu.  
 
Pendapatan usaha berikutnya bersumber dari pengembangan kawasan industri yang menyumbang Rp62,4 miliar atau 7% dari keseluruhan. Kontribusi pendapatan dari segmen ini berasal dari penjualan lahan industri yang dimiliki perseroan di Ngoro Industrial Park, Mojokerto, Jawa Timur dan pergudangan di Aeropolis. 
 
“Secara umum pendapatan usaha meningkat, baik yang berasal dari development income maupun reccuring income. Kontributor terbesar masih dari development income yang mencapai Rp730,5 miliar atau 82% dari keseluruhan,” ungkap Archied.

Sementara itu, pendapatan berulang (recurring income) memberikan kontribusi sebesar 18% atau senilai Rp157,1 miliar. Perolehan tersebut naik sekitar 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp138,5 miliar.  

“Kontribusi recurring income mengalami peningkatan terutama ditopang oleh naiknya pendapatan dari pengelolaan sarana dan prasarana, perkantoran sewa, dan kawasan industri. Kami percaya kontribusi recurring income akan terus meningkat, seiring dengan penyelesaian beberapa proyek pengembangan mixed-use,” kata Archied.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper