Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Keuangan Emiten : Sejumlah Sektor Masih Potensial

Sejumlah sektor, seperti perbankan, industri barang konsumsi, telekomunikasi, dan properti lebih berpotensi untuk berkinerja positif tahun ini. Hal itumenyusul kinerja keuangan yang positif pada kuartal I/2019.
Menteri BUMN Rini Soemarno, Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani, Presiden Direktur PT Mandiri Manajemen lnvestasi Alvin Pattisahusiwa, dan Direktur Utama BEI Inarno Djajadi saat pencatatan Kontrak Investasi Kolektif Dana Investasi Infrastruktur atau KIK Dinfra dengan jumlah Rp423,5 miliar di Bursa Efek Indonesia, Senin (15/4/2019)./Bisnis-M. Nurhadi Pratomo
Menteri BUMN Rini Soemarno, Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani, Presiden Direktur PT Mandiri Manajemen lnvestasi Alvin Pattisahusiwa, dan Direktur Utama BEI Inarno Djajadi saat pencatatan Kontrak Investasi Kolektif Dana Investasi Infrastruktur atau KIK Dinfra dengan jumlah Rp423,5 miliar di Bursa Efek Indonesia, Senin (15/4/2019)./Bisnis-M. Nurhadi Pratomo

Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah sektor, seperti perbankan, industri barang konsumsi, telekomunikasi, dan properti lebih berpotensi untuk berkinerja positif tahun ini. Hal itu bisa terjadi baik dari sisi keuangan maupun harga sahamnya, menyusul kinerja keuangan yang positif pada kuartal I/2019.

Sejumlah emiten sudah merilis laporan keuangan untuk periode kuartal I/2019. Hasilnya cukup variatif. Secara umum, sektor-sektor tersebut membukukan kinerja yang cukup positif, kendati belum semua emiten merilis laporan keuangan.

Di luar sektor industri barang konsumsi, pada kuartal pertama tahun ini kinerja keuangan sektor lain umumnya sejalan dengan kinerja indeks sektoralnya.

Hingga Jumat (26/4), kinerja indeks sektoral tertinggi dibukukan sektor infrastruktur, utlitas dan transportasi sebesar 10,39 persen ytd, jauh di atas IHSG yang hanya tumbuh 3,33 persen ytd. Termasuk dalam sektor tersebut antara lain sektor industri telekomunikasi.

Pada urutan kedua yakni sektor finansial, termasuk di dalamnya sektor  perbankan, yang berhasil tumbuh 10,28 persen ytd.

Sementara itu, di urutan ketiga sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan berhasil tumbuh 8,10 persen ytd.

Thendra Crisnanda, Kepala Riset Institusi MNC Sekuritas, mengatakan bahwa sektor perbankan dan properti akan mendapatkan sentimen positif di sisa tahun ini. Kondisi itu terjadi karena adanya potensi penurunan tingkat suku bunga pada kuartal IV/2019 nanti.

Dari sisi kinerja keuangan pada kuartal I/2019, selain keduanya ada cukup banyak sektor yang positif dan sesuai harapan, seperti industri barang konsumsi, media, kesehatan, utilitas, serta material bangunan dan distribusi.

Sedangkan sektor-sektor berbasis komoditas seperti perkebunan sawit (CPO), pertambangan batubara dan logam masih belum sesuai harapan. Penurunan kinerja sektor ini tidak terlepas dari rata-rata harga komoditas pada kuartal pertama tahun ini yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu

Thendra menilai, cukup wajar bila terjadi sedikit perlambatan pada kinerja emiten di kuartal pertama tahun ini, sebab pengusaha cenderung wait & see terhadap hasil pemilu sebelum memutuskan ekspansi.

Di tahun ini, Thendra menjagokan sektor konsumer, media dan kesehatan. Sementara itu, dirinya merekomendasikan investor untuk menghindari saham komoditas karena kinerja yang lemah. demikian pula dengan perbankan karena relatif overvalued.

Saham-saham favoritnya yakni HMSP, GGRM, UNTR, ICBP, ASII, TLKM, dan PTBA. Sementara itu, mendekati momentum lebaran, saham JPFA dan LSIP berpotensi menjadi alpha stock.

“Khusus untuk CPO, kami malah menilai sebaliknya, di mana penurunan nilai saham yang signifikan membuat valuasi perusahaan menjadi sangat menarik dan murah,” katanya, Jumat (26/4/2019).

Thendra mengatakan, kasus sektor CPO ini dapat disikapi seperti kasus saham properti yang cenderung melemah 2 tahun belakangan karena industrinya lesu. Namun, awal tahun ini sektor propertinaik cukup agresif.

William Surya Wijaya, VP Research Indosurya Bersinar Sekuritas, mengatakan penurunan harga saham sektor CPO sudah cukup dalam, sehingga potensi penurunan lanjutan sudah terbatas. Namun, sektor komoditas lain seperti pertambangan masih berpotensi turun lebih dalam.

Kendati harga komoditas mungkin terdorong oleh kenaikan harga minyak, menurutnya tantangan harga minyak global masih tinggi untuk jangka panjang. Penguatan yang terjadi kemungkinan hanya karena technical rebound.

William memfavoritkan tiga sektor untuk jangka menengah-panjang, yakni  telekomunikasi, bank dan konsumer. Sementara itu, bila tujuan investasinya untuk waktu sangat panjang, sektor properti menjadi pilihan yang cukup prospektif.

Pada sektor perbankan, William merekomendasikan beli saham BBRI, BBCA, BMRI, BBNI dan BJTM. Untuk sektor telekomunikasi William menyebut TLKM, ISAT dan EXCL. Sementara itu, untuk sektor konsumer, William merekomendasikan beli UNVR, INDF, ICBP, KLBF, HMSP dan MYOR.

“Sektor telekomunikasi lebih menarik karena tingkat sektor ini sudah cukup defensif seperti sektor konsumer karena kebutuhan masyarakat di sektor ini terus meningkat,” kata William.

Janson Nasrial, Senior VP Royal Investium Sekuritas, mengatakan sektor perbankan masih secara konsisten membukukan laba dengan pertumbuhan cukup bagus, antara 12 hingga 13 persen pada BBRI, BBNI dan BNLI.

Pertumbuhan penyaluran pinjaman juga cukup sehat. Padahal, menurutnya secara historis kuartal pertama sebenarnya merupakan kuartal paling lemah dibandingkan kuartal kedua hingga keempat.

Janson mengaku cukup terkejut dengan kinerja sektor properti yang relatif bagus di kuartal pertama tahun ini. Perbaikan kinerja sektor ini kemungkinan karena penurunan kinerja laba sudah mencapai titik terendah dan emiten mulai menyasar pasar menengah ke bawah.

“Sektor perbankan dan properti berkinerja bagus karena suku bunga BI 7 DRR tetap ditahan di 6 persen dan stabilnya nilai tukar rupiah. Favorit perbankan dan properti adalah BBRI, BBNI, BMRI, SMRA dan PWON,” kata Janson.

Sementara itu, lemahnya kinerja indeks sektor konsumer yang tidak sejalan dengan kinerja keuangan serta prospek emitennya dinilai sebagai anomali. Kinerja indeks sektor ini mulai berbalik negatif sejak awal April dan berlanjut hingga kini.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital, mengatakan hal ini justru menjadi kesempatan sangat baik untuk mengoleksi saham sektor konsumer. Secara fundamental tidak ada alasan bagi saham sektor ini untuk melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper