Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melorot pada akhir perdagangan Kamis (11/4/2019), seiring dengan meningkatnya pasokan minyak mentah di Amerika Serikat (AS) dan tumbuhnya kekhawatiran tentang prospek permintaan untuk komoditas ini.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Mei 2019 melemah US$1,03 atau 1,6% ke level US$63,58 per barel di New York Mercantile Exchange, penurunan harian terbesarnya sejak 1 Maret.
Pada perdagangan Rabu (10/4), minyak WTI mampu ditutup di level tertingginya dalam lebih dari lima bulan.
Adapun harga minyak mentah acuan global Brent untuk pengiriman Juni ditutup melemah 90 sen atau 1,3% ke level US$70,83 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$7,16 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Kontrak minyak melemah sehari setelah data pemerintah AS menunjukkan peningkatan jumlah persediaan minyak mentah AS ke level tertingginya sejak 2017.
Menurut laporan Energy Information Administration (EIA), stok minyak mentah AS bertambah sebesar 7,03 juta barel pekan lalu ke level tertingginya sejak November 2017, lebih dari dua kali lipat jumlah yang diproyeksikan para analis
Produksi minyak mentah AS sendiri bertahan di level rekor 12,2 juta barel per hari pekan lalu. Hal ini mengancam bertambahnya kelebihan suplai global.
Sementara itu, upaya pembatasan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan aliansinya telah mendorong minyak mentah melonjak 40% sepanjang tahun ini, selain karena gangguan pasokan di Libya dan Venezuela.
Namun reli minyak telah dibatasi oleh kekhawatiran atas ekonomi global dan peningkatan jumlah produksi minyak shale di AS.
“Ada banyak hal yang mendukung harga, tetapi ketika menyangkut data persediaan, Anda benar-benar tidak dapat menegaskan berada di tingkat yang sudah kita lalui,” ujar Bill O'Grady, chief market strategist di Confluence Investment Management Llc., St. Louis.
“[Namun] apa yang Anda telah lihat di pasar adalah bahwa setiap kali kita mengalami penurunan, kita bergerak lebih tinggi lagi dalam satu atau dua hari,” tambahnya.
Pada Kamis (11/4), International Energy Agency (IEA) mengatakan bahwa jumlah persediaan minyak mentah di seluruh dunia akan menurun sepanjang sisa tahun ini seiring dengan turunnya produksi minyak OPEC.
Di sisi lain, IEA juga memperingatkan adanya akumulasi risiko ekonomi mulai dari Eropa hingga Argentina yang dapat berdampak pada berkurangnya prospek permintaan.
Tabel pergerakan minyak mentah Brent kontrak Juni 2019 | ||
Tanggal | Harga (US$) | Perubahan |
11/4/2019 | 70,83 | -1,3% |
10/4/2019 | 71,73 | +1,12% |
9/4/2019 | 70,61 | -0.69% |
8/4/2019 | 71.1 | 1.08% |
5/4/2019 | 70.34 | 1.35% |
Tabel pergerakan minyak mentah WTI kontrak Mei 2019 | ||
Tanggal | Harga (US$) | Perubahan |
11/4/2019 | 63,58 | -1,6% |
10/4/2019 | 64,61 | +0,63 |
9/4/2019 | 63,98 | -0.42% |
8/4/2019 | 64.4 | 2.09% |
5/4/2019 | 63.08 | 1.58% |
Sumber: Bloomberg