Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berhasil ditutup menguat cukup signifikan dan melanjutkan reli penguatannya dalam 4 hari berturut-turut.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (4/4/2019), rupiah berhasil ditutup menguat 0,282% atau naik 41 poin menjadi Rp14.183 per dolar AS.
Rupiah berhasil menguat di saat mayoritas mata uang Asia lainnya terdepresiasi dan menjadi yang terkuat di antara kelompok mata uang Asia,
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak di level 97,077 melemah tipis 0,01%.
Mengutip riset harian Asia Trade Point Futures, keperkasaan rupiah ditopang oleh optimisme pelaku pasar terhadap perkembangan perundingan perdagangan antara AS dan China.
Wakil Perdana Menteri China dijadwalkan untuk berkunjung selama 3 hari di Washington untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Di sisi lain, pernyataan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebutkan bahwa pihak China mengakui ada masalah dalam hal perlindungan atas kekayaan intelektual dan transfer teknologi.
"Hal tersebut meningkatkan keyakinan pasar bahwa perundingan ini akan berjalan kondusif, karena baru kali ini China mengakui hal tersebut," tulis Asia Tradepoint Futures seperti dikutip dalam risetnya, Kamis (4/4/2019).
Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi mengatakan bahwa katalis positif rupiah lainnya berasal dari data ketenagakerjaan AS versi ADP untuk Maret tercatat melambat.
"Data tersebut dijadikan bencmark oleh pasar untuk rilisnya data yang resmi pada Jumat, sehingga pasar juga menjadi pesimistis dan penguatan rupiah sebagai antisipasi rilisnya data tersebut," ujar Dini saat dihubungi Bisnis, Kamis (4/4/2019).
Tercatat pertumbuhan tenaga kerja AS hanya sebanyak 129.000 atau di bawah ekspektasi pasar sebanyak 184.000.
Dia memperkirakan pada perdagangan Jumat (5/4/2109), rupiah akan diperdagangkan di level Rp14.100 per dolar AS hingga Rp14.250 per dolar AS