Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilarmas Sekuritas: Pasar Obligasi Akan Melemah Terbatas

Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan bpasar obligasi akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas pada perdagangan Kamis (4/4/2019).
Ilustrasi Surat Utang Negara./Bisnis.com
Ilustrasi Surat Utang Negara./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan bpasar obligasi akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas pada perdagangan Kamis (4/4/2019).

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa terbatas atau tidaknya potensi pelemahan obligasi hari ini, tergantung apakah Bank Indonesia (BI) masih akan terus melakukan intervensi atau tidak.

"Pasar obligasi masih terus mencoba untuk bertahan di tengah pelemahan imbal hasil yang terjadi. Pertanyaan berikutnya yang penting adalah, apakah obligasi Indonesia masih bisa bertahan di tengah kenaikan imbal hasil global pada hari ini?" tuturnya dalam riset harian, Kamis (4/4).

Nico melanjutkan sentimen hari ini akan datang dari pertemuan antara China dan AS yang tengah menyusun kesepakatan dagang untuk memberikan China waktu hingga 2025 untuk memenuhi komitmen pembelian komoditas dan memberikan kemungkinan perusahaan AS bisa sepenuhnya memiliki perusahaan di Asia.

Pembicaraan masih terus berlanjut di Washington, AS. Tujuan pertemuan ini adalah mencapai kesepakatan mengenai masalah inti agar Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat menandatangani kesepakatan damai dagang.

China berkomitmen untuk membeli lebih banyak komoditas AS, termasuk kedelai dan produk energi, serta memberikan izin untuk kepemilikan 100% asing bagi perusahaan AS yang beroperasi di Negeri Panda.

Saat ini, AS fokus kepada komitmen pembelian yang dapat berjalan pada kuartal II/2020, dalam upaya mempersempit neraca perdagangan menjelang Pemilu pada tahun depan. Pemilu itulah yang menjadi alasan Negeri Paman Sam mendorong China untuk melakukan pembelian komoditas dalam jumlah besar dalam 2 tahun pertama perjanjian itu berlaku.

Hal ini penting mengingat kemenangan perjanjian antara AS dan China akan menjadi bekal yang baik untuk Trump menghadapi Pemilu 2020. Pada 2018, defisit neraca dagang AS dari China mencapai rekor, yakni sebesar US$419,2 miliar.

Permasalahan terakhir adalah soal tarif impor yang sudah lebih dulu dikenakan, yang nilainya mencapai sekitar US$360 miliar dalam kurun waktu 9 bulan terakhir. Sebelumnya, Trump telah menyatakan bahwa setidaknya beberapa tarif tetap pada tempatnya untuk beberapa waktu.

Di dalam kesepakatan yang sedang dibuat, ada kemungkinan dalam waktu 90 hari dan 180 hari setelah penandatangan perjanjian damai dagang, China diminta untuk memenuhi janji utama. Hal ini dianggap penting sebagai tolok ukur dari jalannya perjanjian tersebut.

Tanggal pertemuan antara Trump dan Xi kemungkinan akan diumumkan pada Kamis (4/4). China mengusulkan untuk menggunakan negara ketiga yang tentunya sebagai tempat netral.

"Kami merekomendasikan jual hari ini," tambah Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper