Bisnis.com, JAKARTA — PT Nusantara Infrastructure Tbk. membidik peluang dalam menginisiasi proyek infrastruktur prakarsa di berbagai daerah mulai dari jalan tol, air bersih, hingga energi untuk menjaga pertumbuhan kinerja keuangan perseroan ke depan.
Berdasarkan laporan keuangan 2018, Nusantara Infrastructure mengantongi pendapatan Rp781,76 miliar pada 2018. Realisasi itu turun tipis 1,29% dari Rp792,01 miliar pada 2017.
Beban pokok perseroan tercatat naik lebih tinggi 20,34% secara tahunan pada 2018. Jumlah yang dikeluarkan naik dari Rp274,77 miliar pada 2017 menjadi Rp330,66 miliar pada 2018.
Pada 2018, META mendapatkan laba atas penjualan entitas anak senilai Rp275,99 miliar. Berdasarkan catatan Bisnis, perseroan memutuskan untuk mendivestasikan bisnis di sektor menara telekomunikasi, PT Komet Infra Nusantara (KIN) pada tahun lalu.
Dengan demikian, META mendapatkan laba bersih senilai Rp179,65 miliar per akhir 2018. Pencapaian itu tumbuh 364,21% dari Rp38,70 miliar pada 2017.
Deden Rochmawaty, General Manager Corporate Affairs Nusantara Infrastructure mengklaim bahwa kinerja perseroan tetap positif pada 2018. Kontribusi terbesar berasal dari bisnis jalan tol, menara, dan air bersih.
Dia menjelaskan bahwa keputusan mendivestasi bisnis menara sejalan dengan persaingan yang cukup ketat dengan pemain besar. Selain itu, kontrak penyewa untuk menara relatif pendek dibandingkan dengan konsesi di sektor lain seperti jalan tol, air bersih, dan pembangkit listrik.
Selain mendapatkan dana segar dari divestasi bisnis menara, Deden mengungkapkan perseroan juga melakukan rights issue. Modal yang dihimpun digunakan untuk meneruskan pembangunan jalan tol layang A.P. Pettarani di Makassar dan peremajaan serta peningkatan layanan di tol milik perseroan.
Di sisi lain, dia mengatakan perseroan juga mengakuisisi biomass plantation pada 2018. Oleh karena itu, kontribusi dari sektor energi juga meningkat.
Sebagai rencana 2019 dan ke depan, Deden mengatakan META akan terus melihat peluang dalam menginisiasi proyek unsolicited atau prakarsa. Pekerjaan itu menurutnya yang bermanfaat bagi pengembangan infrastruktur dan masyarakat di berbagai daerah.
Dia menyebut saat ini META sedang melakukan review dan studi untuk beberapa ruas tol baru.“META juga berpartisipasi dalam berbagai proyek pengadaan air bersih pemerintah di daerah,” jelasnya kepada Bisnis.com, baru-baru ini.
META mengatakan juga tengah menggenjot lini bisnis energi, khususnya energi terbarukan. Perseroan menargetkan kapasitas yang dimiliki dapat naik dari 30 megawatt saat ini menjadi 100 megawatt pada akhir 2019.
META menyebut saat ini masih fokus membidik pengembangan energi terbarukan biomasa dan hidro. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan akan melebarkan ke energi terbarukan berbasis energi surya atau solar dan sampah.
Secara keseluruhan, perseroan menargetkan dapat meningkatkan kapasitas bisnis energi menjadi 300 megawatt dalam lima tahun. Pada 2019, manajemen memproyeksikan akan terjadi perubahan komposisi khususnya dari sektor bisnis energi dengan kenaikan kontribusi pendapatan menjadi di kisaran 20%—25% dari sebelumnya kurang dari 10%.
Sebagai catatan, META menjalankan lini bisnis energi melalui entitas anak, PT Energi Infranusantara (EI). Anak usaha tersebut didirikan pada 2012 dengan tujuan berinvestasi di sektor energi, khususnya energi terbarukan.
Pada tahun yang sama, EI mengakuisisi 45% saham PT Inpola Meka Energi (IME). Perseroan tersebut fokus untuk pengembangan pembangkit hidro, Lau Gunung Hydro Power Plant di Tanah Pinem, Sumatra Utara.
IME direncanakan memiliki kapasitas 15 megawatt. Selain itu, perseroan telah meneken kontrak 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk memasok kepada konsumen di Sumatra.
Selanjutnya, EI juga telah mengakuisisi 80% saham di PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari (RPSL) pada 2018. RPSL merupakan independent power producer (IPP) yang menjalankan pembangkit listrik biomasa di Siantan, Mempawah, Kalimantan Barat.
RPSL telah beroperasi selama delapan bulan dengan kapasitas 15 megawatt. Perseroan telah memiliki kontrak untuk memasok 8 megawatt kepada PLN dan menjadi pembangkit biomasa pertama di Kalimantan Barat.