Bisnis.com, JAKARTA--Sejumlah manajer investas menilai reksa dana saham masih menarik kendati kinerjanya tampak terbebani pelemahan IHSG.
Berdasarkan data Infovesta Utama, secara year-to-date per 29 Maret 2019, kinerja indeks reksa dana saham tercatat 1,41% dibandingkan dengan IHSG sebagai indeks acuannya sebesar 4,43%.
Sementara itu, kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap tercatat 2,99% melampaui indeks acuannya sebesar 2,35%.
Bonny Iriawan, Executive Vice President Intermediary Business Schroders Indonesia, sepakat bahwa aset obligasi kini memang menarik dibandingkan saham setidaknya hingga akhir tahun. Namun demikian, investasi di saham masih direkomendasikan untuk jangka panjang.
"Bukan berarti alihkan dari saham ke pendapatan tetap. Tetap investasi di saham (jangka panjang), meski secara alokasi aset, obligasi lebih menarik daripada saham setidaknya sampai akhir tahun," imbuh Bonny.
Selanjutnya, Direktur Utama Avrist Asset Management Hanif Mantiq masih menjagokan reksa dana saham dengan strategi buy on weakness ketika terjadi penurunan. Dirinya menilai, ketika terbentuk confidence di pasar obligasi, seterusnya sentimen positif itu juga akan mengalir ke pasar saham. Dengan demikian, return dari saham pun berpotensi menjadi lebih baik lagi.
"Saya berprinsip buy on weakness bahkan dengan double pembelian setiap ada penurunan, kemudian di hold sampai 3 tahun ke depan," ujarnya.
Direktur PT Mandiri Manajemen Investasi Endang Astharanti menambahkan, selama arah kenaikan suku bunga masih ke bawah memang hal itu dapat menopang kinerja reksa dana pendapatan tetap.
Namun demikian, perlu pula diperhatikan risiko yang datang dari global apabila pertumbuhan ekonomi dunia terus melemah. "Bagi negara berkembang, risiko itu bisa memicu aliran modal asing keluar, baik di saham maupun obligasi," kata Asti.