Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Bijih Besi Global Terancam Defisit

Pasar bijih besi global diprediksi akan mengalami defisit menyusul ledakan bendungan tambang bijih besi milik Vale SA di Brasil awal tahun ini. Produsen-produsen lain pun berpeluang menghadapi kendala dalam meningkatkan output.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar bijih besi global diprediksi mengalami defisit menyusul ledakan bendungan tambang bijih besi milik Vale SA di Brasil awal tahun ini. Produsen-produsen lain pun berpeluang menghadapi kendala dalam meningkatkan output.

“Kita memang harus menghadapi kenyataan potensi defisit,” ujar Andrew Forrest, pendiri perusahaan bijih besi asal Australia Fortescue Metals Group Ltd., di Forum Boao, seperti diberitakan Bloomberg.

Fortescue sendiri dinyatakan tidak bisa menjamin akan sanggup membantu mengisi defisit tersebut, terlepas dari upaya keras perusahaan untuk membantu para pelanggan.

Harga bijih besi bergerak menuju kenaikan terbesarnya secara kuartalan sejak akhir 2017 saat investor berupaya mencermati konsekuensi dari tragedi mematikan di Brasil tersebut.

Citigroup Inc. memperingatkan pasar belum melihat dampak penuh dari masalah itu karena krisis pertengahan tahun yang akan datang bakal memacu reli harga menuju US$100 per ton.

“Dalam waktu dekat Fortescue tidak dapat dengan mudah meningkatkan intensitas,” lanjut Forrest. Komentarnya sejalan dengan eksekutif penambang logam Rio Tinto Group dan BHP Group bahwa mereka tidak dapat menambah output dengan cepat.

Kepala Operasional Fortescue Greg Lilleyman pekan lalu mengisyaratkan bahwa Fortescue dapat meningkatkan pasokan dari tambang yang tengah dikembangkan di Australia jika dampak dari kecelakaan di Brasil tetap ada.

Harga bijih besi di pasar spot berada di level US$85,10 per ton pada Selasa (26/3/2019), 17% lebih tinggi sejak awal tahun ini, menurut Mysteel.com.

Beberapa pekan setelah ledakan bendungan milik Vale, harga bijih besi membumbung ke level US$91,50 pada awal Februari, level tertinggi sejak Maret 2017.

Sejumlah bank termasuk Credit Suisse Group AG dan Morgan Stanley telah mengingatkan adanya defisit. Sementara itu, Vale telah menutup operasi di fasilitas-fasilitas tambang yang menghasilkan hampir 93 juta ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper