Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Permintaan Topang Minyak, Harga Batu Bara Naik Lagi

Harga batu bara di sejumlah bursa komoditas kompak rebound pada akhir perdagangan Rabu (20/3/2019).
Aktivitas penambangan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Aktivitas penambangan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara di sejumlah bursa komoditas kompak rebound pada akhir perdagangan Rabu (20/3/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak Juni 2019 ditutup naik 0,06% atau 0,05 poin di level US$89,80 per metrik ton, setelah berakhir melorot 1,10 poin atau 1,21% di level US$89,75 per metrik ton pada perdagangan Selasa (19/3).

Harga batu bara Newcastle kontrak yang lebih aktif April 2019 pada perdagangan Rabu berakhir naik 0,22% atau 0,20 poin di US$90,85 per metrik ton, setelah ditutup melemah 1,15% atau 1,05 poin di US$90,65 per metrik ton.

Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif April 2019 juga rebound dan berakhir naik 0,36% atau 0,25 poin di posisi 68,90, setelah ditutup melorot 1,65% atau 1,15 poin di level 68,65 pada Selasa.

Adapun harga batu bara thermal untuk pengiriman Mei 2019 di  Zhengzhou Commodity Exchange, rebound dan berakhir naik 0,24% atau 1,4 poin di level 592,8 yuan per metrik ton pada perdagangan Rabu.

“Rel kereta api Daqin, yang menghubungkan pelabuhan Qinhuangdao dan provinsi Shanxi, biasanya akan memasuki musim maintenance pada awal April, sehingga mungkin mendorong pembangkit listrik untuk menimbun batu bara di masa mendatang,” papar China Coal Resource, seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) ditutup di posisi tertinggi baru untuk tahun ini di New York, setelah penurunan terbesar cadangan minyak mentah AS sejak Juli mengisyaratkan pengetatan pasokan lebih lanjut.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak April berakhir menguat 1,4% atau 0,80 poin di level US$59,83 per barel pada perdagangan Rabu (20/3) di New York Mercantile Exchange, setelah sempat terkoreksi pada sesi perdagangan sebelumnya. Adapun kontrak bulan Mei yang lebih aktif naik 0,94 poin ke level US$60,23.

Pada saat yang sama, minyak patokan global, Brent, untuk pengiriman Mei pun menguat 0,89 poin ke level US$68,50 di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Seperti dilansir Bloomberg, Energy Information Administration (EIA) AS mencatat penurunan cadangan minyak AS sebesar 9,59 juta barel pekan lalu, melebihi ekspektasi analis, sedangkan ekspor minyak mentah AS mendekati rekor tertinggi.

Sementara itu, impor dari Arab Saudi menurun lebih dari separuhnya dan impor minyak mentah Venezuela ke AS berhenti sama sekali. Persediaan bensin dan solar domestik juga menyusut, menunjukkan permintaan yang terus meningkat.

Data EIA menunjukkan bahwa ekspor minyak mentah AS naik menjadi 3,39 juta barel per hari dalam pekan yang berakhir 15 Maret, level mingguan tertinggi kedua yang tercatat sejak 1993.

"Kita tidak akan benar-benar mengandalkan peningkatan pasokan dari Venezuela atau Arab Saudi," kata Bart Melek, kepala analis komoditas global di TD Securities, seperti dikutip Bloomberg.

"Ada permintaan yang cukup kuat, sehingga meskipun produksi AS meningkat, mungkin akan ada penurunan persediaan yang lebih kuat secara musiman,” lanjutnya.

Minyak mentah telah menguat 32% sepanjang tahun ini, didukung langkah pengurangan produksi oleh OPEC dan mitra-mitranya, di samping gangguan pasokan di Iran dan Venezuela.

Sementara itu, Federal Reserve mengejutkan para pelaku pasar dengan pandangan yang lebih dovish daripada yang diperkirakan pada akhir pertemuan kebijakan pada Rabu. Hal ini mengurangi kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi yang melambat akan mengurangi permintaan minyak.

"Ekspor terus menjadi sangat kuat," kata Brian Kessens, manajer portofolio dan direktur pelaksana di Tortoise. "Ada beberapa keraguan tentang seberapa besar AS bisa mengekspor dari perspektif infrastruktur dan saya pikir dengan level ekspor di atas 3 juta barel per hari akan ada kepercayaan bahwa jumlah itu dapat dipertahankan"

The Fed menurunkan proyeksi kenaikan suku bunga tahun ini menjadi nol. Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan ini adalah "waktu yang tepat" bagi Fed untuk "bersabar dan memantau, menunggu dan melihat,” memberikan keyakinan bahwa permintaan minyak akan tetap kuat.

Pergerakan harga batu bara kontrak Juni 2019 di bursa Newcastle

Tanggal                                    

US$/MT

20 Maret

89,80

(+0,06%)

19 Maret

89,75

(-1,21%)

18 Maret

90,85

(+0,44%)

15 Maret

90,45

(-1,68%)

14 Maret

92,00

(+0,66%)

Sumber: Bloomberg

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper