Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menunggu Keputusan The Fed, Harga Emas Tergelincir

Harga emas merosot pada perdagangan Rabu (20/3/2019), setelah membukukan kenaikan dalam tiga sesi sebelumnya. Hal ini dipicu oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) sebelum keputusan suku bunga oleh The Fed.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas merosot pada perdagangan Rabu (20/3/2019), setelah membukukan kenaikan dalam tiga sesi sebelumnya. Hal ini dipicu oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) sebelum keputusan suku bunga oleh The Fed.

Hingga pukul 12.47 WIB, harga emas Comex kontrak April 2019 melemah 0,09% atau 1,15 poin pada level US$1.304,60 per troy ounce. Sementara itu, di pasar spot harga emas melemah 0,09% atau 1,15 poin pada level US$1.305,41 per troy ounce. Adapun indeks dolar AS naik tipis 0,09% atau 0,084 poin ke posisi US$95,915.

"Dolar AS dan kenaikan dalam ekuitas menjadi tantangan bagi emas hari ini,” kata Benjamin Lu, analis Phillip Futures yang berbasis di Singapura seperti dikutip dari Reuters, Rabu (20/3/2019).

The Fed akan mengumumkan suku bunga pada Rabu (20/3/2019) pukul 18.00 GMT atau Kamis (21/3/2019) pukul 01.00 WIB. Setelah itu, diikuti oleh konferensi pers oleh Ketua Fed Jerome Powell.

“Sebagian besar pasar menunggu keputusan The Fed dan ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga nol tahun ini,” kata Lu.

Dia menambahkan, kekhawatiran seputar perselisihan AS dan China kemungkinan akan menambah tekanan pada harga logam.  Para trader bahkan membangun taruhan untuk penurunan suku bunga pada 2020.

Dolar menguat terhadap sebagian besar rekan-rekannya karena laporan ketegangan baru dalam negosiasi perdagangan AS-China. Investor sejak tahun lalu lebih menyukai dolar sebagai tempat berlindung terhadap sengketa perdagangan AS-China.

Dolar yang lebih kuat membuat emas mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sementara itu, harga paladium naik 0,3 % menjadi US$ 1.601,47 per ons, setelah melonjak melewati level US$1.600 untuk pertama kalinya. Harga logam itu naik hampir dua kali lipat sejak pertengahan Agustus dan naik sekitar 27% sejauh tahun ini karena ketatnya pasokan yang berkelanjutan di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper