Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terpeleset Kuatnya Harga Minyak

Mata uang Garuda kembali ditutup melemah dipicu harga minyak mentah dunia yang menguat akibat ketatnya pasokan minyak mentah dunia.
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang Garuda kembali ditutup melemah dipicu harga minyak mentah dunia yang menguat akibat ketatnya pasokan minyak mentah dunia.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (14/3/2019), rupiah ditutup melemah 13 poin atau 0,09% di level Rp14.278 per dolar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa kuatnya harga minyak tentu akan menjadi kabar kurang baik untuk rupiah. Kenaikan harga komoditas tersebut akan membuat prospek neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia akan tertekan.

"Ini akan berpengaruh terhadap membengkaknya neraca perdagangan Indonesia karena  impor BBM dengan sendirinya akan lebih mahal dan membutuhkan jumlah dolar AS yang cukup besar," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis, Kamis (14/3/2019).

Ibrahim mengatakan bahwa transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi nilai tukar, karena pos tersebut mencerminkan pasokan devisa yang berjangka panjang. Tanpa ditopang oleh transaksi berjalan yang kuat, rupiah menjadi rentan digoyang dan akhirnya melemah.

Dia juga memaklumi korelasi pergerakan rupiah cukup kuat dengan pergerakan harga minyak dunia. Indonesia adalah negara net importir minyak, katanya, sehingga mau tidak mau harus melakukan impor karena produksi dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi permintaan.

Sebagai informasi, harga minyak semakin menguat di picu stok minyak mentah AS yang secara mengejutkan menurun dan AS menargetkan untuk memotong ekspor minyak mentah Iran sekitar 20% menjadi di bawah 1 juta barel per hari (bpd) mulai Mei 2019.

Akibat hal tersebut, pada perdagangan Kamis (14/3/2019) pukul 17.02 WIB, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediete (WTI) di bursa New York bergerak menguat 0,38% atau naik 0,22 poin menjadi US$58,48 per barel.

Sementara itu, harga minyak Brent di bursa ICE bergerak di zona hijau dengan naik 0,40% atau 0,27 poin menjadi US$67,82 per barel.

Selain itu, rupiah melemah juga disebabkan sentimen kekhawatiran pasar terkait data perdagangan internasional Indonesia periode Februari 2019 yang akan dirilis esok hari (15/3/2019).

Prediksi para analis ekspor terkontraksi alias minus 4,26% year-on-year (YoY), impor naik tipis 0,4% YoY, dan neraca perdagangan minus US$ 841 juta.

Pada sesi perdagangan selanjutnya, Ibrahim memperkirakan rupiah akan diperdagangkan di level penguatan di Rp14.260 hingga Rp14.244 per dolar AS dan  level pelemahan di Rp14.285 hingga Rp14.300 per dolar AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper