Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tunggu Data China, Voting Brexit Dongkrak Pound Sterling

Bursa Asia bergerak cenderung flat pada perdagangan pagi ini, Kamis (14/3/2019), saat investor menantikan data terbaru dari China demi memperoleh petunjuk tentang kondisi negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia bergerak cenderung flat pada perdagangan pagi ini, Kamis (14/3/2019), saat investor menantikan data terbaru dari China demi memperoleh petunjuk tentang kondisi negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang bergerak flat di level 522,38. Adapun indeks Nikkei Jepang menguat 0,6%, sedangkan bursa saham Australia dan New Zealand masing-masing naik 0,2%.

Di Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street mampu serentak menguat pada akhir perdagangan Rabu (13/3) setelah data harga produsen menunjukkan kenaikan tipis pada Februari. Hal ini menegaskan ekspektasi bahwa bank sentral AS Federal Reserve akan mempertahankan sikap bersabar soal kenaikan suku bunga di masa mendatang.

Analis, bagaimana pun, tetap skeptis tentang seberapa jauh penguatan saham akan berjalan ketika tanda-tanda perlambatan pertumbuhan global, laporan keuangan perusahaan yang lesu, dan tensi perdagangan antara AS dan China menghantui aset berisiko.

“Sebelum menyimpulkan bahwa pasar ini masih memiliki pijakan yang layak, kami ingin melihat harga saham didukung oleh data makro yang lebih kuat, terangkat oleh tren laporan keuangan yang lebih baik, dan dikonfirmasi oleh imbal hasil yang stabil," ujar David Lafferty, kepala strategi pasar di Natixis, dalam risetnya berjudul 'Rally vs Reality'.

Perhatian pasar akan tertuju pada China, yang dijadwalkan merilis angka penjualan ritel dan produksi industri pada hari ini.

Di sisi lain, nilai tukar pound sterling mampu membukukan penguatan besar terhadap dolar AS setelah parlemen Inggris menolak skenario Inggris meninggalkan Uni Eropa (Brexit) tanpa kesepakatan. Hasil ini membuka jalan bagi voting lanjutan yang dapat menunda Brexit hingga setidaknya akhir Juni.

Penolakan oleh parlemen Inggris atas Brexit tanpa kesepakatan (no-deal Brexit) menyebabkan rally pound sterling terhadap dolar AS ke level US$1,3380, tertinggi sejak Juni 2018.

Pound sterling juga membukukan kenaikan persentase harian terbaiknya sejak April 2017. Mata uang Inggris ini terakhir kali dikabarkan menyentuh posisi US$1,3315.

Namun menurut Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank, ujian nyata untuk pound sterling belum datang karena anggota parlemen masih perlu menyepakati jalan ke depan sebelum perpanjangan waktu dari Uni Eropa dapat diperoleh.

“Masih tidak mungkin untuk mengesampingkan risiko bahwa kita berakhir dengan pemilu dini, sebuah risiko peristiwa yang, jika itu terjadi, memiliki potensi untuk menekan pound sterling lebih dari prospek Inggris keluar dari UE tanpa pengaturan transisi apa pun,” jelas Attrill.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper