Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menuju Voting Brexit, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pergerakan Pound Sterling?

Ahli strategis valuta asing memprediksi pound sterling dapat berayun dengan kisaran 10% baik itu menanjak maupun melemah seiring dengan kemungkinan hasil dari pemungutan suara pada Selasa (12/3/2019) waktu Inggris terkait dengan kesepakatan Brexit.
Pound sterling. /Reuters
Pound sterling. /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Ahli strategis valuta asing memprediksi pound sterling dapat berayun dengan kisaran 10% baik itu menanjak maupun melemah seiring dengan kemungkinan hasil dari pemungutan suara pada Selasa (12/3/2019) waktu Inggris terkait dengan kesepakatan Brexit.

Senior Ahli Strategi Mata Uang Commonwealth Bank Sydney Joseph Capurso mengatakan mata uang Inggris sampai saat ini telah berayun dalam kisaran yang cukup luas sejak isu Brexit telah menyelimuti sentimen pergerakan pound sterling.

“Kami percaya bahwa pound sterling akan turun dari 4% menjadi 8% jika angora parlemen menolak kesepakatan Brexit terbaru dan menyetujui terjadinya hard Brexit,” ujar Joseph seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (12/3/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (12/3/2019) pukul 17.41 WIB, pound sterling telah bergerak menguat 0,129% menjadi US$1,3166 per pound sterling.

Penguatan tersebut seiring dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa untuk merivisi persyaratan keluarnya Inggris dari blok setelah melakukan perundingan dengan Ketua Komisi Eropa Jean-Claude Juncker di Strasbourg.

Akibat hal tersebut, pound sterling menjadi mata uang dengan kinerja penguatan terbaik pada kelompok G10 sepanjang perdagangan Selasa (12/3) maupun sepanjang tahun berjalan.

Adapun, sejak referendum Brexit keluar pada 23 Juni 2016 hingga saat ini, pound sterling telah mengalami volatilitas cukup tinggi dan telah bergerak melemah 11,09%. Hanya dalam hitungan hari, pound sterling yang berada di level US$1,4877 per pound sterling  pada 23 Juni 2016 langsung turun tajam menjadi US$1,3225 per pound sterling pada 27 Juni 2016.

Walaupun demikian, level terendah pound sterling hingga saat ini berada di kisaran US$1,2047 per poundsterling, yaitu pada 16 Januari 2017.

Sementara itu, menurut National Australia Bank mata uang Inggris dapat naik 2%, menambah kenaikan pergerakannya sebesar 3,7% sepanjang tahun berjalan, jika Inggris dapat menghindari hard Brexit.

Analis BK Asset Management Kathy Lien mengatakan bahwa jika kesepakatan dan strategi yang disusun oleh Perdana Menteri Theresa May dapat diterima parlemen pada pemungutan suara kali ini, maka Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019 dan pound sterling akan melonjak.

“Meskipun berpotensi mengalami reli 1% hingga 2% dalam waktu singkat, kenaikan pound sterling mungkin sulit bertahan, karena investor akan segera mengalihkan fokus pada konsekuensi keluarnya Inggris dari Uni Eropa,” papar Kathy.

Konsekuensi tersebut antara lain,  dampak Brexit tanpa perjanjian perdagangan permanen, juga tantangan-tantangan yang akan dihadapi Inggris ketika kelak bernegosiasi tanpa dukungan Uni Eropa.

Walaupun demikian, dia menilai kemungkinan paling nyata dalam pemungutan suara kali ini yaitu tetap adanya penolakan dari anggota parlemen terhadap kesepakatan Brexit.

Hingga saat ini, Theresa May masih belum dapat meyakinkan Uni Eropa untuk mengubah ketentuan backstop Irlandia, sehingga kecil kemungkinan May akan memenangkan pemungutan suara saat ini. Pasalnya, parlemen Inggris telah menolak proposal backstop Irlandia yang telah diajukan selama ini.

Jika draf kesepakatan Brexit kembali ditolak, maka Theresa May akan mengadakan pemungutan suara lain keesokan harinya untuk menentukan keluarnya Inggris dari Benua Biru dengan atau tanpa kesepakatan.

Kemudian, jika hal tersebut terjadi maka akan menjadi pertanda buruk bagi pound sterling. Gubernur Bank of England Mark Carney sebelumnya telah memperingatkan bahwa Brexit tanpa kesepakatan bisa menyebabkan pound sterling jatuh terperosok hingga 25%.

 Walaupun demikian, Kathy Lien tetap memperkirakan tidak adanya kesepakatan Brexit tetap dapat mendorong pound sterling secara signifikan hanya tidak begitu ekstrim, yaitu hanya sekitar 2% hingga 4% dalam hitungan menit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper