Bisnis.com, JAKARTA – Menghitung hari menuju tenggat waktu keluarnya Inggris dari Benua Biru, pergerakan mata uang Inggris semakin seru untuk di simak. Contohnya, pada perdagangan waktu Asia Selasa (12/3/2019), pound sterling bergerak menguat setelah pemerintah Inggris mengatakan telah mengamankan perubahan pada kesepakatan Brexitnya dan berencana untuk mengadakan pemungutan suara di parlemen.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (12/3/2019) pukul 15.13 WIB, pound sterling bergerak positif dihadapan dolar Amerika Serikat (AS), naik 0,662% menjadi US$1,3237 per pound sterling.
Senior Ahli Strategi Valuta Asing National Australia Bank di Sydney, Rodrigo Catril mengatakan bahwa kenaikan pound sterling kali ini terjadi di tengah optimisme perkembangan positif untuk menyelesaikan kebuntuan dari kesepakatan Brexit.
“Jika Theresa May menyelesaikan kesepakatannya, itu akan berdampak sangat positif bagi pound sterling, tetapi upaya menghindari hard Brexit dan perpanjangan tenggat waktu Brexit masih akan menjadi berita baik dan membawa pound sterling menuju level US$1,35 per pound sterling,” ujar Rodrigo seperti dikutip dari Reuters, Selasa (12/3/2019).
Belum lama ini, Ketua Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker telah mendesak parlemen Inggris untuk menyetujui kesepakatan yang diajukan oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May. Hal tersebut menjadi sentimen tambahan dan sinyal positif untuk pasar bahwa kesepakatan kemungkinan besar akhirnya dapat tercapai.
Adapun, jika perundingan kesepakatan yang alot tersebut akhirnya dapat disetujui oleh parlemen, maka Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada tanggal 29 Maret mendatang.
Saat ini pound sterling telah mengalami reli penguatan, dan masih bergerak di zona hijau sepanjang tahun berjalan, yaitu bergerak naik 3,787%. Kenaikan tersebut disebabkan kegigihan pasar yang semakin mengharapkan Inggris untuk mengamankan perjanjian dengan Uni Eropa atas ketentuan keluarnya negara tersebut.
Ahli Strategi Makro UBS Securities LLC New York Vassili Serebriakov mengatakan bahwa situasi pasar saat ini dinilai masih cenderung kondusif. “Situasinya sangat lancar, dan pasar menganggap skenario hard Brexit semakin tidak mungkin terjadi,” ungkap Vassili.
Para trader juga memprediksi kenaikan suku bunga oleh Bank Inggris akan kembali terjadi. Pada penutupan perdagangan Senin (11/3/2019), pasar mata pound sterling memperkirakan kemungkinan akan terjadi kenaikan suku bunga sekitar kurang dari 50% hingga Desember 2019.
Namun demikian, Senior Manajer Portofolio QIC Brisbane Stuart Simmons memberikan saran bagi investor untuk menghindari perdagangan pound sterling akibat ketidakpastian Brexit yang masih menyelimuti sentimen pasar.
“Ada terlalu banyak sentimen positif palsu, sementara hasilnya kemungkinan akan positif dalam jangka panjang tetapi imbalan risiko tidak menarik,” papar Stuart.