Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sikap ECB Guncang Pasar, Bursa Asia Melemah

Bursa saham Asia berada di zona merah pada perdagangan Jumat (8/3/2019) setelah Bank Sentral Eropa memangkas perkiraan pertumbuhannya dan meluncurkan putaran lanjutan kebijakan stimulus.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia berada di zona merah pada perdagangan Jumat (8/3/2019) setelah Bank Sentral Eropa memangkas perkiraan pertumbuhannya dan meluncurkan putaran lanjutan kebijakan stimulus.

Dilansir Reuters, Presiden European Central Bank Mario Draghi mengatakan ekonomi berada dalam periode pelemahan yang berkelanjutan dan ketidakpastian yang meluas, ketika dia mengumumkan penundaan kenaikan suku bunga dan menawarkan putaran baru pinjaman bunga rendah kepada bank.

Berbaliknya sikap ECB ini terjadi pada minggu yang sama saat bank sentral Kanada tiba-tiba bersikap dovish dan data yang lemah dari dari Australia hingga Inggris menanamkan kekhawatiran di pasar.

"Ketika bank sentral membuat kejutan seperti ini, beberapa investor bertanya-tanya apakah hal-hal yang terjadi jauh lebih buruk daripada yang mereka duga," kata Gavin Friend, analis pasar senior di NAB, seperti dikutip Reuters.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang turun 0,2% di awal perdagangan, sedangkan indeks Nikkei 225 merosot 0,95% dan indeks Kospi melemah 0,37%

Rintangan berikutnya bagi investor adalah data tenaga kerja AS untuk Februari, Ada juga kemungkinan tingkat pengangguran bisa turun lebih dari perkiraan mengingat kekuatan lapangan kerja baru-baru ini.

Di pasar mata uang indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terpantaj menguat 0,82% atau 0,794 poin ke level 97,667, setelah mencapai level tertingi baru tahun ini.

Sementar aitu, euro melemah ke level $ 1,1193, setelah menderita pelemahan harian terbesar sejak 14 Juni 2018 ketika ECB terakhir menunda kembali rencana kenaikan suku bunga.

"Perkiraan terbaru ECB menyiratkan bahwa pertumbuhan perlahan kembali ke tren selama beberapa tahun ke depan, yang berarti akan sangat sulit untuk menaikkan inflasi yang mendasarinya," tulis analis di ANZ dalam sebuah catatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper