Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Matahari Department Store (LPFF) Akan Konservatif Tahun Ini?

Mirae Asset Sekuritas memprediksikan pertumbuhan kinerja penjualan ritel Matahari Departement Store (LPFF IJ) akan cenderung konservatif sepanjang 2019.
Gerai Matahari Department Store./Bisnis
Gerai Matahari Department Store./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Mirae Asset Sekuritas memprediksikan pertumbuhan kinerja penjualan ritel PT Matahari Departement Store Tbk. (LPFF) akan cenderung konservatif sepanjang 2019.

Christine Natasya, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan bahwa penyebab pertumbuhan penjualan yang datar atau tak mencapai pertumbuhan dua digit dikarenakan adanya disrupsi oleh peritel online. Namun, lanjut dia, LPFF masih memiliki optimisme dengan platform online (sistem omni channel) yang dimilikinya yakni www.matahari.com akan mampu memperbaiki kinerja.

Selain itu LPPF juga memiliki strategi untuk lebih fokus pada merek 361° sekaligus meningkatkan variasi mereknya.

Apalagi, tahun ini, perusahaan telah menerima hak eksklusif untuk mendistribusikan merek Italia baru bernama OVS. Perusahaan ini kemungkinan membuka satu hingga tiga toko OVS mandiri (toko khusus) selain meluncurkan merek di dalam department store yakni sebanyak 30 sepanjang semester I/2019 dan 10 lainnya pada semester II/2019. Inventaris perusahaan juga tercatat naik menjadi sebanyak 121 sepanjang 2018 dibandingkan dengan 2017 sebanyak 98 gerai.

“Kami memperkirakan inventaris peritel itu akan menuju tren yang lebih tinggi pada 2019 karena modal kerja yang lebih tinggi,”ungkapnya melalui riset Selasa (5/3/2019).

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, perseroan mencatatkan  laba senilai Rp1,09 triliun pada 2018 atau turun hingga 42% dari posisi Rp1,9 triliun pada 2017. Meskipun laba perseroan turun, LPPF mencatat penjualan kotor sebesar Rp17,9 triliun sepanjang 2018, meningkat 2,1% dari Rp17,5 triliun pada 2017.

Sementara itu, pendapatan bersih LPPF meningkat 2,2% sepanjang 2018 menjadi Rp10,2 triliun, sedangkan rerata pertumbuhan penjualan per toko (SSSG) tumbuh 3,5%. Adapun laba bersih sebelum penurunan nilai investasi adalah Rp1,9 triliun, setara dengan 10,5% dari penjualan, sementara laba bersih setelah penurunan nilai investasi adalah Rp1,1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper