Bisnis.com, JAKARTA— PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk. (BIPI) mendapatkan dana segar US$235 juta dari kreditor asing yang dipimpin oleh Barossa Assets Ltd. dan Golddman Sachs Asia Strategic Pte. Ltd untuk refinancing utang BIPI.
Manajemen emiten berkode saham BIPI itu mengatakan dana yang didapat digunakan untuk membiayai kembali fasilitas pinjaman Credit Suisse di Nixon Investments Pte Ltd.
Ray Anthony Gerungan, Presiden Direktur Astrindo Nusantara Infrastruktur mengatakan pembiayaan kembali atau refinancing tersebut memungkinkan perseroan untuk fokus kepada peluang pertumbuhan dan membangun arus kas yang kuat. Pihaknya menyebut ingin membangun lebih banyak aset dan secara substansial meningkatkan pendapatan.
“Selama [ini] mengalami pembatasan dikarenakan kondisi syarat dari utang kami,” tulisnya dalam siaran pers, Jumat (15/2/2019).
Michael Wong, Direktur Keuangan Astrindo Nusantara Infrastruktur mengatakan bahwa salah satu fokus perseroan yakni meningkatkan nilai ekuitas. Hal itu melalui refinancing utang BIPI. “Dengan pembiayaan kembali ini akan memberikan penghematan sebesar US$7 hingga US$10 juta per tahun yang didapatkan murni dari bunga,” ujarnya.
Michael Wong menambahkan refinancing yang dilakukan perseroan merupkan bagian dari komitmen untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Pihaknya berharap dapat mencapai kinerja yang lebih besar sejalan dengan upaya BIPI fokus di bisnis infrastruktur energi.
Baca Juga
Sebelumnya, Michael memproyeksikan penanganan batu bara dapat mencapai 70 juta ton hingga akhir 2018. Per kuartal III/2018, total penanganan batu bara mencapai 52,85 juta ton.
Pihaknya membenarkan proyeksi itu lebih rendah dari sebelumnya 83 juta ton. Pasalnya, terjadi perubahan produksi batu bara dari klien penanganan tambang. “[Produksi klien] memang sedikit lebih rendah. Tetapi, kontrak kami tidak banyak terdampak karena sudah ada ketentuan nilai pembayaran,” paparnya.
Dengan demikian, Michael Wong menyatakan optimistis mampu mencapai target laba bersih yang dibidik pada tahun ini. Jumlah yang diincar senilai US$40 juta pada 2018.
Seperti diketahui, emiten berkode saham BIPI itu mengantongi laba bersih US$17,30 juta sepanjang Januari 2018—September 2018. Pencapaian tersebut turun dari US$32,32 juta pada periode yang sama tahun lalu.
BIPI menyiapkan sejumlah rencana ekspansi ke depan. Salah satunya dengan membangun pelabuhan dengan kapasitas yang lebih besar.
Selain itu, perseroan berencana membangun pembangkit listrik untuk digunakan secara internal. Perseroan baru berencana menjual pasokan listrik kepada pihak eksternal selang 1 tahun hingga 2 tahun dari pembangunan proyek tersebut.