Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Bullish Pasar Saham Indonesia Diyakini Bakal Bertahan

Sejumlah analis menyampaikan pandangan yang optimistis atas pasar saham Indonesia. Tren bullish untuk pasar saham negeri ini diyakini akan bertahan terlepas dari adanya ketidakpastian global.
Karyawan melintas di dekat papan penunjuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (7/1/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan melintas di dekat papan penunjuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (7/1/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah analis menyampaikan pandangan yang optimistis atas pasar saham Indonesia. Tren bullish untuk pasar saham negeri ini diyakini akan bertahan terlepas dari adanya ketidakpastian global.

Pandangan optimistis itu disampaikan meskipun perusahaan sekuritas global Credit Suisse pekan ini menurunkan rekomendasi terhadap pasar saham Indonesia menjadi 10% underweight dari sebelumnya 20% overweight.

“Kami sekarang melihat peluang untuk mengurangi eksposur terhadap aset-aset Indonesia sebelum pasar memasuki fase underperfomance,” tulis analis Credit Suisse yang dipimpin oleh Alexander Redman dalam risetnya tertanggal 11 Februari.

Beberapa pertimbangan tim riset Credit Suisse di antaranya adalah pasar saham dan rupiah yang sudah jenuh beli (overbought), tekanan likuiditas, dan pertumbuhan ekonomi yang tergantung pada revisi penurunan target.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun melanjutkan pelemahannya hari keempat berturut-turut pada Selasa (12/2/2019), rentetan penurunan terpanjang sejak Oktober.

Alan Richardson, Asean fund manager di Samsung Asset Management, melihat penurunan rekomendasi oleh Credit Suisse sedikit banyak berkontribusi terhadap pelemahan IHSG kemarin.

Namun, John Rachmat, pakar strategi PT Pinnacle Persada Investama, menyatakan pandangan Credit Suisse tersebut terlalu dini dikeluarkan. Ia justru memaparkan sejumlah faktor yang akan menjaga permintaan untuk aset-aset Indonesia.

Beberapa di antara faktor tersebut adalah harga minyak yang lebih rendah, yang akan mengurangi tekanan pada transaksi berjalan, inflasi yang mereda, ditambah dengan sikap bank sentral AS Federal Reserve untuk bersabar soal kenaikan suku bunga.

“Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang telah menemukan kekuatan kembali pada 2018 akan menjaga permintaan untuk aset-aset Indonesia untuk saat ini. Tren bullish akan bertahan setidaknya hingga Mei,” jelas John, sebagaimana dilansir Bloomberg, Rabu (13/2/2019).

Senada dengan John, Herman Koeswanto, kepala riset di PT Ashmore Asset Management Indonesia, melihat beberapa alasan mempertahankan pandangan yang lebih optimistis pada pasar saham Indonesia meskipun juga tetap berhati-hati.

“Kami tetap berpandangan bullish mengenai [saham] Indonesia karena negara ini berada di jalur yang tepat menuju industrialisasi, yang akan membantu memilah masalah defisit transaksi berjalan dalam jangka panjang,” ujar Herman.

Namun ia juga mengingatkan akan adanya beberapa peristiwa pada Maret mendatang yang dapat menyebabkan ketidakpastian di pasar.

Baik John maupun Herman berpendapat negosiasi Brexit dan hasil perundingan perdagangan AS-China merupakan beberapa di antara peristiwa penting yang mungkin memengaruhi pasar bulan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper