Sektor Keuangan, Dua Investor Jepang Merger Bank
Sepanjang pekan ini, sektor finansial diramaikan dengan aksi akuisisi dan merger. Paling hangat adalah PT Bank Danamon Tbk., PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., dan PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. yang bakal merealisasikan aksi merger.
Bank Danamon mengumumkan rencana merger dengan Bank Nusantara Parahyangan pada Selasa (22/01/2019). Rencana itu dilakukan untuk mematuhi aturan kepemilikan tunggal.
Pasalnya, kedua bank itu dimiliki oleh Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG), lembaga keuangan asal Jepang. MUFG sudah menggelontorkan dana Rp33,05 triliun untuk mengakuisisi 40% saham Danamon.
Nantinya, MUFG bakal menambah kepemilikan di Danamon menjadi 73,8%.
Lalu, Bank Nusantara Parahyangan sudah menjadi entitas di bawah MUFG sejak 2007. Investor Jepang itu mengakuisisi BNP melalui ACOM, Co. Ltd. sebanyak 55,41% dan melalui MUFG Bank 20%.
Terkait rencana merger, Bank Nusantara Parahyangan akan melakukan delisting. Soalnya, Bank Danamon yang akan menjadi entitas penerima merger.
Pada perdagangan Jumat (25/01), harga saham Bank Danamon koreksi 0,27% menjadi Rp9.075 per saham. Namun, secara mingguan, harga saham emiten berkode BDMN itu sudah terkerek 8,68%.
Merger BTPN dan Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
Selain BDMN merger dengan BBNP, PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. bakal merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia. Kedua bank yang dimiliki Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) itu akan merger pada 1 Februari 2019.
Pasca merger, bank berkode emiten BTPN itu akan memiliki aset hingga Rp180 triliun. Selain itu, bisnis yang dijalankan akan lebih beragam.
Pasalnya, Bank Sumitomo Mitsui Indonesia memiliki segmen bisnis korporasi, sedangkan BTPN selama ini lebih fokus kepada pensiunan dan UMKM.
Pada perdagangan hari ini Jumat (25/1), harga saham BTPN turun 0,26% menjadi Rp3.790 per saham. Secara mingguan, harga saham BTPN sudah naik 3,83%.