Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara di bursa ICE Newcastle kembali menguat pada akhir perdagangan Selasa (22/1/2019), setelah tergelincir turun pada sesi perdagangan sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak April 2019 ditutup naik 0,15 poin atau 0,15% di level US$100,25 per metrik ton, setelah melorot 1,25 poin atau 1,23% dan berakhir di level US$100,10 per metrik ton pada perdagangan Senin (21/1).
Adapun harga batu bara untuk kontrak teraktif Januari 2020 berakhir naik 0,31% atau 0,30 poin di level US$96,85 per metrik ton pada perdagangan Selasa, setelah ditutup melemah 0,92% di posisi 96,55 sehari sebelumnya.
Harga batu bara di bursa ICE Rotterdam untuk kontrak teraktif April 2019 juga rebound dan berakhir naik 0,60% atau 0,50 poin di posisi 83,65 kemarin, setelah anjlok 3,87% ke level 83,15 pada Senin.
Meski demikian, harga batu bara thermal untuk pengiriman Mei 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange masih terkoreksi pada hari kedua dan ditutup melemah 1,19% atau 7 poin di level 581 yuan per metrik ton pada perdagangan Selasa.
“Menghadapi perluasan inspeksi dan pengurangan produksi tambang, tambang-tambang batu bara milik negara [China] akan meningkatkan output dengan cara yang akan mencegah harga naik terlalu cepat,” terang Nanhua Futures dalam risetnya.
Sementara itu, harga minyak mentah mencatat penurunan paling tajam dalam hampir satu bulan terakhir pada Selasa (22/1) menyusul penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari IMF.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak Februari, yang berakhir Selasa, turun 2,3% atau US$1,23 ke level US$52,27 di New York Mercantile Exchange, penurunan terbesar sejak 27 Desember. Adapun kontrak Maret 2019 yang lebih aktif ditutup melemah di level US$53,01 per barel.
Minyak Brent kontrak Maret 2019 juga berakhior melorot US$1,24 di level US$61,50 per barel di ICE Futures Europe exchange.
Dilansir Bloomberg, minyak mentah mengikuti pelemahan pasar saham menyusul laporan bahwa Amerika Serikat (AS) telah menolak negosiasi baru dalam konflik perdagangannya dengan China. Hal ini memperburuk sentimen setelah Dana Moneter Internasional (IMF) dilaporkan memangkas proyeksi pertumbuhan global.
IMF pada Senin (21/1) menurunkan prospek ekonomi global untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir. IMF saat ini memprediksi pertumbuhan 3,5% tahun ini, terlemah dalam tiga tahun terakhir dan turun dari 3,7% yang diperkirakan pada Oktober.
Minyak memasuki awal terpanas selama setahun sejak 2001, di tengah tanda-tanda bahwa pasokan minyak mentah akan tetap tertahan pembatasan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya. Namun prospek melemahnya permintaan bahan bakar dan lonjakan minyak shale di AS mengancam reli tersebut.
"Ketika saham turun karena laporan-laporan itu, hal tersebut juga turut menyeret minyak. Dengan produksi AS yang melonjak, mungkin ini saatnya untuk melakukan pullback," kata Kyle Cooper, konsultan di Ion Energy Group LLC, seperti dikutip Bloomberg.
Pergerakan harga batu bara kontrak April 2019 di bursa Newcastle
Tanggal | US$/MT |
22 Januari | 100,25 (+0,15%) |
21 Januari | 100,10 (-1,23%) |
18 Januari | 101,35 (+0,05%) |
17 Januari | 101,30 (+0,55%) |
16 Januari | 100,75 (+2,86%) |
Sumber: Bloomberg