Bisnis.com, JAKARTA—Kinerja penjualan surat berharga negara ritel yakni saving bond retail seri SBR005 sudah menembus target indikatifnya sebesar Rp2 triliun, tetapi masih jauh dibandingkan target maksimal pemerintah Rp5 triliun, sedangkan masa penawaran tinggal 3 hari lagi.
Berdasarkan data pemasaran SBR005 yang dipublikasikan Investree.id, hingga pukul 18.00 WIB, total pemasaran instrumen SBR005 baru mencapai Rp2,1 triliun. Masa penawaran instrumen ini akan ditutup pada Kamis (24/1) pukul 10.00 WIB.
Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara (SUN) Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, mengatakan bahwa umumnya puncak pemesanan terhadi pada pekan terakhir masa penawaran.
Oleh karena itu, pemerintah masih berharap permintaan investor masih akan meningkat signifikan di sisa masa penawaran pada pekan ini. Instrumen ini memang hanya dipasarkan dalam 2 pekan sehingga menuntut kerja keras pemerintah dan mitra distribusi untuk memastikan informasi keberadaan instrumen ini diketahui oleh masyarakat.
Pekan lalu, Loto berama tim DJPPR baru selesai melakukan sosialisasi instrumen ini di Palangkaraya, Kendari, Ambon dan Mataram. Pada pekan sebelumnya, sosialisasi juga dilakukan di Batam dan Madiun.
Menurutnya, antusiasme investor di kota-kota tempat diselenggarakannya acara sosialisasi cukup tinggi. Banyak investor mengaku belum mengetahui instrumen ini sehingga kemungkinan agak butuh waktu untuk mengambil keputusan investasi.
“Banyak yang belum tahun juga apa itu SBR. Jadi, memang untuk edukasi ini masih perlu banyak waktu,” katanya pekan lalu.
Kendati demikian, Loto mencatat animo masyarakat atas instrumen ini terus meningkat. Selain itu, semakin banyak pula generasi muda yang ikut terlibat berinvestasi di instrumen SBR ini.
Sebelumnya, pada saat peluncuran instrumen ini, Kamis (10/1) lalu, Loto mengatakan bahwa angka kesanggupan yang disampaikan para mitra distribusi atas instrumen ini adalah Rp2 triliun.
Namun, pemerintah membuka ruang hingga Rp5 triliun. Bila pemesanan sudah mencapai Rp5 triliun, maka sistem akan otomatis ditutup. Penetapan batasan ini merupakan uji coba yang dilakukan pertama kalinya tahun ini pada instrumen SBR.
Anup Kumar, Senior Fixed Income Analyst Bank Maybank Indonesia, mengatakan bahwa kupon SBR005 yang mencapai 8,15% masih sangat menarik, meskipun pemerintah sudah menurunkan spread-nya terhadap BI 7 Days Repo Rate menjadi 215 bps.
Adapun, pada seri SBR003 dan SBR004, pemerintah memberikan spread tetap hingga 255 bps terhadap BI 7 DRR.
Anup mengatakan, kupon SBR005 ini cukup wajar, sebab yield instrumen SBN umum untuk tenor yang sama, yakni 2 tahun, jauh lebih rendah, yakni di kisaran 7,3%.
“Menurut saya instrumen ini cukup menarik, tetapi kita harus tunggu sampai akhir masa penawaran untuk mengevaluasi minat investor,” katanya.
Adapun, SBR005 bersifat tabungan, atau tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Investor hanya bisa menebus maksimal 50% dari nilainya setelah satu tahun. Investor dapat membeli instrumen ini mulai Rp1 juta hingga Rp3 miliar secara online melalui 11 mitra distribusi.
Pada pemasaran seri sebelumnya, yakni SBR004, pemesanan investor cukup tinggi, mencapai Rp7,32 triliun, sedangkan pada SBR003 hanya Rp1,93 triliun. Versi syariah dari instrumen ini, yakni Sukuk Tabungan seeri ST002 yang diterbikan akhir tahun lalu mendapat pesanan Rp4,94 triliun.
Kupon instrumen ini bersifat floaring with floor, atau mengambang dengan batas terendah. Batas terendahnya yakni 8,15%, sedangkan bila BI 7 DRR naik lebih tinggi dari 6%, kuponnya akan ikut meningkat dengan selisih 215 bps.