Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Stok Turun Lagi, Harga Minyak Melonjak

Harga minyak mentah berhasil rebound dan berakhir menguat pada perdagangan Selasa (15/1/2019), saat investor mengantisipasikan penurunan lebih lanjut pada stok minyak Amerika Serikat (AS) dan janji stimulus China untuk memangkas pajak demi mencegah perlambatan ekonomi.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berhasil rebound dan berakhir menguat pada perdagangan Selasa (15/1/2019), saat investor mengantisipasikan penurunan lebih lanjut pada stok minyak Amerika Serikat (AS) dan janji stimulus China untuk memangkas pajak demi mencegah perlambatan ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari ditutup melonjak US$1,60 di level US$52,11 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah terbenam selama dua sesi perdagangan berturut-turut sebelumnya.

Harga minyak WTI kemudian sedikit turun ke level US$51,91 setelah American Petroleum Institute (API) dikabarkan melaporkan stok bensin dan minyak distilat tumbuh sebesar 9,2 juta barel secara gabungan pekan lalu.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Maret 2019 berakhir melonjak US$1,65 di level US$60,64 per barel di ICE Futures Europe exchange di London. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium US$8,25 per barel terhadap minyak WTI untuk bulan yang sama.

Harga minyak kembali melanjutkan kenaikannya yang dibukukan awal tahun ini bersama dengan indeks-indeks saham acuan global setelah pemerintah China pada Selasa (15/1) mengatakan akan memangkas pajak untuk menghadapi perlambatan.

Meski masih berselisih lebih dari 30% di bawah level tertingginya dalam empat tahun yang dibukukan pada Oktober 2018, harga minyak telah rally pada awal 2019 didorong tanda-tanda menyusutnya stok dan indikasi ekonomi global dapat menghindari skenario terburuk.

“China melemparkan segala yang mereka bisa untuk ekonomi mereka,” kata John Kilduff, mitra pendiri pada hedge fund Again Capital LLC.

“Itu adalah kunci besar untuk pasar minyak, terutama ketika Anda melihat OPEC dan Rusia mulai mengendalikan produksi,” lanjutnya, seperti dilansir Bloomberg.

Di sisi lain, stok minyak AS kemungkinan turun untuk keenam kalinya dalam tujuh pekan, menurut survei analis Bloomberg sebelum rilis data resmi pemerintah pada Rabu (15/1).

Setelah perdagangan minyak ditutup pada Selasa, sebuah laporan industri menyampaikan pandangan yang kurang bergairah ihwal permintaan, dengan peningkatan besar dalam persediaan bensin dan minyak diesel AS.

“Data yang datang tidak terlalu buruk. Mungkin menunjuk ke arah perlambatan, tetapi tidak terlihat seperti kontraksi, dan itu adalah dua dunia yang sangat berbeda,” kata Ashley Petersen, analis pasar minyak utama di Stratas Advisors di New York.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper