Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Sentuh Level Tertinggi dalam Lima Pekan

Bursa saham Asia naik ke level tertinggi dalam lima pekan pada perdagangan pagi ini, Jumat (11/1/2019), setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menegaskan sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk bersabar terkait kenaikan suku bunga.
Bursa MSCI Asia/Reuters
Bursa MSCI Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia naik ke level tertinggi dalam lima pekan pada perdagangan pagi ini, Jumat (11/1/2019), setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menegaskan sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk bersabar terkait kenaikan suku bunga.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang naik 0,2% ke level tertinggi sejak 6 Desember. Sementara itu indeks Nikkei Jepang menguat 0,7% dan indeks Shanghai Composite China naik 0,1%.

Pada perdagangan Kamis (10/1), bursa Wall Street AS memperpanjang kenaikannya menjadi hari kelima berturut-turut saat investor menanggapi komentar yang beragam dari Powell.

Dalam agenda Economic Club of Washington, Powell menegaskan kembali pandangan para pembuat kebijakan lain bahwa The Fed akan bersabar mengenai kenaikan suku bunga.

Powell juga menurunkan prediksi pejabat The Fed Desember lalu yang menunjukkan bahwa suku bunga akan dinaikkan sebanyak dua kali tahun ini.

"Tidak ada jalur yang ditetapkan sebelumnya untuk suku bunga, terutama saat ini. Jika pertumbuhan global melambat, Saya dapat meyakinkan Anda ... kami dapat secara fleksibel dan cepat mengalihkan kebijakan, dan kami dapat melakukannya secara signifikan jika itu sesuai,” ungkap Powell.

The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak empat kali tahun lalu seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terlihat solid dan tingkat pengangguran yang menyentuh level terendah dalam setengah abad terakhir.

“Kata 'sabar' kerap digunakan ketika arah kebijakan Fed masih mengetat tetapi kenaikan suku bunga berikutnya dapat menunggu waktu yang cukup lama. Jadi aset berisiko saat ini menikmati dukungan dari apa yang kita sebut ‘lemparan’ Powell,” kata Tomoaki Shishido, ekonom di Nomura Securities.

"Pada saat yang sama, [Presiden Donald] Trump juga melunakkan sikapnya terhadap China menyusul penurunan tajam dalam harga saham,” tambahnya, seperti dilansir dari Reuters.

Pejabat AS dan China tengah mengupayakan pengaturan untuk perundingan perdagangan tingkat lebih tinggi, setelah pejabat tingkat menengah pekan ini membahas tuntutan-tuntutan AS yang akan membutuhkan perubahan struktural di China untuk mengatasi sejumlah isu seperti pencurian HAKI, transfer teknologi paksa. dan hambatan nontarif lainnya.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pada Kamis (10/1) waktu setempat bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He "kemungkinan besar" akan mengunjungi Washington pada akhir Januari guna mengadakan pembicaraan mengenai perdagangan.

Namun, ketegangan mendasar antara AS dan China kemungkinan tidak akan benar-benar hilang. Ada kemungkinan besar bahwa perjanjian apa pun untuk menunda tarif pada akhirnya akan rusak ketika tujuan Trump tidak dapat benar-benar dipenuhi.

Beberapa investor juga semakin waspada terhadap perselisihan politik yang berkepanjangan di Washington mengenai anggaran tembok yang diinginkan oleh Trump di perbatasan AS-Meksiko.

Isu ini telah menyebabkan penutupan sebagian layanan pemerintah federal (partial government shutdown) selama beberapa pekan atau telah berlangsung pada hari ke-20.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper