Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pelayaran PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 15%—20% pada tahun ini.
Wakil Direktur Utama Mitrabahtera Segara Sejati Lucas Djunaedi menyampaikan bahwa pada tahun ini perseroan masih akan fokus memperkuat bisnis kapal tongkang dan floating crane dengan memburu kontrak-kontrak jangka panjang.
“Pada tahun lalu kami membeli sembilan set [armada Tug & Boat] dan pada kuartal IV/2018 seluruhnya sudah kami terima. Kinerja di kuartal akhir 2018 sudah banyak improvement. Kami lanjutkan operasinya tahun ini,” ungkap Lucas pada Bisnis.com, Kamis (10/1).
Lucas menyampaikan bahwa sejauh ini perseroan belum memiliki rencana untuk penambahan armada lagi pada 2019. Adapun, emiten dengan sandi MBSS tersebut masih membukukan kerugian hingga kuartal III/2018, sehingga perseroan juga akan fokus melakukan pembenahan internal untuk memperbaiki kinerja.
Lucas menyampaikan ari sisi internal, perseroan konsisten memperbaiki struktur biaya sehingga membantu upaya efisiensi.
Pada tahun ini, Lucas menyebut iklim bisnis akan lebih positif dibandingkan denganbeberapa tahun lalu, dengan harga batu bara yang sudah menemui titik keseimbangan baru. Untuk itu, perseroan akan lebih agresif mengincar kontrak-kontrak jangka panjang.
Entitas anak Grup Indika tersebut menyampaikan untuk bisnis Tug&Barge, perseroan membidik porsi kontrak jangka panjang sebesar 90% dari 80% tahun lalu, sedangkan sisanya 10% merupakan kontrak on the spot.
Untuk bisnis floating crane, perseroan membidik kontrak jangka panjang sebesar 85% dan spot sebesar 15%. Pada tahun lalu, porsi kontrak jangka panjang dan spot perseroan untuk bisnis tersebut masing-masing 50%.
“Sementara kami improve kinerja di dalam, manajemen juga secara berkelanjutan melihat peluang-peluang diversifikasi. Tapi ini akan butuh waktu,” ungkap Lucas.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, MBSS membukukan pendapatan usaha sebesar US$51,83 juta selama Januari—September 2018, meningkat tipis 1,71% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (yoy) yaitu US$50,95 juta.
Pada periode tersebut, perseroan membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$10,4 juta, membengkak 48,64% secara yoy dari posisi US$7 juta.