Bisnis.com, JAKARTA— Target kontrak baru yang dipasang PT Acset Indonusa Tbk. naik 50% pada 2019 dari periode sebelumnya sejalan dengan adanya carry over dari target periode sebelumnya.
Maria Cesilia Hapsari, Corporate Secretary & Investor Relations Acset Indonusa mengungkapkan perseroan mendapatkan tambahan kontrak baru Terrace Diamond Tower Project senilai Rp78,91 miliar pada November 2018. Dengan demikian, total kontrak baru yang dikantongi sepanjang Januari 2018-November 2018 senilai Rp1,02 triliun.
Dia memaparkan secara komposisi perolehan Januari 2018-November 2018, nilai kontrak baru dari pekerjaan struktur mendominasi dengan Rp560,58 miliar. Selanjutnya, pekerjaan pondasi berkontribusi Rp422,87 miliar.
Adapun, pekerjaan infrastruktur berkontribusi senilai Rp39,50 miliar. Kontrak tersebut didapatkan dari proyek rest area tol Jakarta-Cikampek 19B.
Maria mengatakan emiten berkode saham ACST itu memang belum mencapai target kontrak baru yang dipasang tahun ini. Dengan perolehan sampai dengan November 2018, perseroan baru merealisasikan 10,2% dari target Rp10 triliun pada tahun ini.
“Kami belum bisa mencapai target, hal ini lebih kepada waktu saja yang menjadi berubah atau shifting kepada tahun berikutnya,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (6/12)
Dia menjelaskan bahwa pengumuman tender beberapa proyek yang diikuti mundur. Menurutnya, beberapa tender pekerjaan baru belum diumumkan pemenangnya oleh pemilik proyek.
“Diharapkan ada yg bisa dimenangkan tahun ini, jika pun tidak hanya berubah waktu kapannya saja kita mendapatkannya,” imbuhnya.
Sejalan dengan kondisi tersebut, Maria menyebut target kontrak baru yang dibidik perseroan tahun ini Rp15 triliun. Kenaikan 50% dari target 2018 sejalan denganya adanya carry over dari target periode sebelumnya.
Sebagai catatan, Acset Indonusa mengantongi laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp91,23 miliar pada kuartal III/2018. Pencapaian tersebut turun 18,01% dari posisi Rp111,27 miliar pada kuartal III/2017.
Padahal, ACST mengantongi pendapatan Rp2,73 trilun. Jumlah tersebut naik 40,54% dari posisi Rp1,94 triliun pada kuartal III/2017.
Sementara itu, beban pokok pendapatan perseroan tercatat naik 35,67% secara tahunan pada kuartal III/2018. Terjadi kenaikan dari Rp1,62 triliun menjadi Rp2,20 triliun.
Di sisi lain, biaya keuangan atau finance costs perseroan mengalami kenaikan 302,22% secara tahunan. Nilai yang dikeluarkan emiten berkode saham ACST itu naik dari Rp55,36 miliar menjadi Rp222,67 miliar.
Manajemen ACST menyebut peningkatan beban keuangan terjadi atas proyek-proyek contractor pre-financing yang saat ini tengah dikerjakan oleh perseroan. Pasalnya, kontraktor menanggung pembiayaan proyek sampai dengan dengan serah terima 100%.
Kontraktor swasta itu memiliki beberapa proyek CPF besar yang tengah dikerjakan. Akan tetapi, peningkatan beban keuangan dinilai masih wajar sejalan dengan kontribusi besar proyek CPF pada tahun ini.