Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten barang-barang konsumsi, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. memproyeksikan pertumbuhan penjualan pada tahun depan lebih tinggi dibandingkan dengan 2018.
Berdasarkan laporan keuangan emiten bersandi saham INDF, penjualan INDF pada tahun pemilu 2014 mencapai Rp63,59 triliun, atau naik 10,15% year on year. Lalu pada tahun selanjutnya, pertumbuhan penjualan INDF kembali satu digit.
Kemudian, penjualan pada 2015, 2016 dan 2017, penjualan perseroan masing-masing Rp64,06 triliun, Rp66,65 triliun dan Rp70,18 triliun, atau masing-masing tumbuh 0,73%, 4,04% dan 5,2%. Grup Salim ini, memproyeksikan pertumbuhan pada tahun depan, lebih baik dari tahun ini.
"Tahun depan, meski lebih baik. Faktornya bisa bermacam-macam, biasanya tahun Pemilu konsumsi meningkat," ungkap Direktur Indofood Sukses Makmur Franciscus Welirang, Senin (3/12/2018).
Sementara itu, dalam laporan September 2018, penjualan bersih INDF hingga September 2018 senilai Rp54,74 triliun, naik 3,04% dari posisi Rp53,12 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. INDF memiliki tiga segmen penjualan.
Hingga September 2018, penjualan INDF paling banyak berasal dari produk konsumen bermerek senilai Rp29,02 triliun. Lalu disusul oleh penjualan dari segmen Bogasari dan agribisnis masing-masing senilai Rp12,52 triliun dan Rp8,81 triliun. Dari tiga segmen tersebut, hanya segmen agribisnis yang mencatatkan penurunan hingga 17,12% year on year dari posisi Rp10,63 triliun pada September 2017.
Dalam konsensus Bloomberg, nilai penjualan dan laba bersih INDF diproyeksikan mencapai Rp73,7 triliun dan Rp4,08 triliun, dengan pertumbuhan year on year masing-masing 5% dan -2%. Pada 2019, konsensus memproyeksikan nilai penjualan dan laba masing-masing senilai Rp78,65 triliun dan Rp4,51 triliun.
Konsensus Bloomberg memproyeksikan target harga INDF mencapai Rp8.268,76 per saham. Pada penutupan perdagangan Senin (3/12/2018), kinerja saham INDF naik 0,76% atau setara 50% menuju Rp6650 per saham.
Analis Ciptadana Sekuritas Stella Amelinda mengungkapkan, sentimen pemilu terhadap konsumsi cenderung positif. Menurutnya, pemilihan presiden yang dilaksanakan pada April 2019 berpotensi mendorong konsumsi.
Apalagi, selama kampanye, tambah Stella, partai politik memiliki niat belanja yang lebih tinggi pada produk dan layanan yang terkait dengan kampanye, terutama FMCG (fast moving consumer goods) dan rokok yang akan menerima sebagian besar manfaatnya.
Stella memproyeksikan price earning ratio (PER) INDF pada tahun depan berpotensi mencapai 13 kali, dan EV/EBITDA (enterprise value/earnings before interest, taxes, depreciation and amortization) diproyeksikan mencapai 3,5 kali dan return on equity (ROE) mencapai 11,6%.
Dia menilai, memiliki valuasi yang menarik karena PER 13,5 kali berada di bawah rata-rata historisnya 5 tahun (15 kali). Stella menambahkan, Indofood harus bisa memonetisasi pemulihan permintaan tahun depan.