Bisnis.com, JAKARTA – Sejak awal menjabat sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra telah menyatakan komitmennya untuk menekan kerugian maskapai nasional itu hingga ke bawah US$100 juta.
Padahal, Ari menjabat pada pekan kedua September 2018, atau dua pekan sebelum berakhirnya periode kinerja kuartal III/2018. Artinya, dia hanya memiliki waktu satu kuartal terakhir untuk efektif merombak besar-besaran kinerja emiten dengan sandi GIAA tersebut.
Dalam keterangannya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Garuda Indonesia mengungkapkan untuk mengurangi kerugian pada 2018 ini, perseroan memiliki strategi yang disebut Quick Wins Priorities yang fokus pada tiga hal.
Ketiganya yaitu transformasi budaya perusahaan melalui pengembangan SDM, proses, dan teknologi. Lalu peningkatan pendapatan, dan terakhir memperbaiki struktur biaya namun tetap memprioritaskan pelayanan kepada pelanggan.
“Dengan ketiga fokus terseut, perseroan berupaya mengurangi kerugian pada tahun ini dengan target di bawah US$100 juta,” ungkap Manajemen, Sabtu (24/11).
Sebagai catatan, perseroan membukukan rugi bersih sebesar US$213 juta per 31 Desember 2017. Hingga kuartal III/2018, perseroan telah menderita rugi bersih sebesar US$114,08 juta, mengecil signifikan 48,62% (yoy).
saat ini, GIA pun agresif melakukan renegosiasi kontrak penyewaan pesawat yang diharapkan akan mulai berdampak positif pada kinerja keuangan di sisa tahun ini.
Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra menyampaikan sejauh ini perseroan menilai operasional emiten dengan sandi GIAA tersebut masih on track untuk dapat mencapai nilai rugi bersih 2018 di bawah US$100 juta.
“Kami masih optimistis kerugian bisa di bawah US$100 juta dengan meningkatkan sumber-sumber pendapatan perseroan, sekaligus perbaikan pada struktur biaya,” ungkap Ari Askhara pada Bisnis, belum lama ini.