Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks Kospi Korea Selatan anjlok lebih dari 2% pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (23/10/2018), seiring dengan meningkatnya friksi dagang China-Amerika Serikat (AS) dan berbagai tensi geopolitik yang memperburuk sentimen di seluruh Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, Kospi berakhir anjlok 2,57% atau 55,61 poin di level 2.106,10, level terendahnya sejak Maret 2017, setelah dibuka turun 0,67% atau 14,41 poin di posisi 2.147,730. Anjloknya Kospi hari ini sekaligus mematahkan kenaikan yang dialami dua hari berturut-turut sebelumnya.
Sebanyak 55 saham menguat, 709 saham melemah, dan 18 saham stagnan dari 782 saham yang diperdagangkan di indeks Kospi pada akhir perdagangan hari ini.
Saham yang menekan pergerakan Kospi di antaranya yaitu SeAH Steel Corp./New (-5,20%), Hanil Cement Co. Ltd./New (-4,48%), dan Hyosung Advanced Materials Corp. (-2,13%).
Sejalan dengan Kospi, nilai tukar won tergelincir dan ditutup melemah 0,78% atau 8,77 poin di level 1.137,46, setelah mampu terapresiasi dua hari berturut-turut sebelumnya.
“Meningkatnya risiko geopolitik menyusul komentar Presiden AS Donald Trump tentang persenjataan nuklir mengurangi sentimen investor,” kata Kim Ji-hyung, seorang analis di Hangyang Securities, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga
Trump mengatakan pemerintah Amerika Serikat (AS) akan meningkatkan persenjataan nuklirnya untuk menekan China dan Rusia. Ini artinya AS dapat menarik diri dari Traktat Persenjataan Nuklir (Intermediate-Range Nuclear Forces/INF) dengan Rusia.
Pakta itu ditandatangani oleh Presiden Ronald Reagan dan pemimpin reformis Soviet Mikhail Gorbachev pada 1987. Perjanjian tersebut mengharuskan penghapusan semua rudal nuklir dan konvensional berbasis jarak pendek dan menengah yang dimiliki oleh kedua negara di daratan Eropa.
Trump menyebut Rusia telah melanggar aturan tersebut selama bertahun-tahun. Ia juga menyatakan AS tidak akan membiarkan Rusia bebas mengembangkan senjata sementara AS tidak diperkenankan melakukan hal yang sama.
Bursa saham Korea Selatan merupakan satu di antara yang sangat sensitif terhadap kekhawatiran geopolitik mengingat ketegangan yang telah berlangsung lama dengan Korea Utara atas program senjata nuklir Pyongyang.
Menurut Seo Sang-young, seorang analis di Kiwoom Securities, pasar ekuitas global kemungkinan akan volatil selama musim laporan keuangan perusahaan di Wall Street. Namun, kekhawatiran geopolitik cenderung akan berkurang.
“Uni Eropa telah mendorong dialog antara AS dan Rusia mengenai persenjataan nuklir, dan Presiden Trump kemungkinan tidak akan mencetuskan tekanan negatif dalam pasar saham bulan ini (menjelang pemilu paruh waktu),” tambah Seo.
Pergerakan Indeks KOSPI
Tanggal | Level | Perubahan |
23/10/2018 | 2.106,10 | -2,57% |
22/10/2018 | 2.161,71 | +0,25% |
19/10/2018 | 2.156,26 | +0,37% |
Sumber: Bloomberg