Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah menawarkan kupon premium sebesar 8,25% bagi penerbitan obligasi ritel Indonesia atau ORI yang akan mulai dipasarkan kepada investor ritel pada 4 - 25 Oktober 2018.
Berdasarkan pengumuman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Selasa (2/10/2018), pemerintah memutuskan untuk kembali terbitkan instrumen ORI tahun ini, yakni seri ORI015.
Menariknya, tingkat kupon yang ditawarkan cukup tinggi, mencapai 8,25%. Kupon ini lebih tinggi dibandingkan instrumen saving bond retail SBR004 yang baru saja diterbitkan sebesar 8,05% dan lebih tinggi dibandingkan ORI tahun lalu atau ORI014 yang sebesar 5,85%.
Kupon ORI014 tahun lalu adalah yang terendah sepanjang sejarah penerbitan ORI sejak 2016 dan mendulang minta investor hanya Rp8,98 triliun, terendah dalam 7 tahun terakhir.
Pemerintah mengumumkan bahwa ORI015 ini memiliki tenor 3 tahun dan akan jatuh tempo pada 15 Oktober 2021. Kupon akan dibayarkan setiap bulan.
ORI dapat diperdagangkan di pasar sekunder, tetapi setelah melewati holding periode, yakni setelah dua bulan atau dua kali periode pembayaran kupon. ORI015 ini baru dapat mulai dipindahbukukan sejak 15 Desember 2018.
Dalam keterangan resminya, DJPPR mengungkapkan bahwa penerbitan ORI015 merupakan penerbitan instrumen surat utang ritel ketiga tahun ini setelah SBR003 dan SBR004. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menikmati produk SUN ritel.
Penerbitan ORI bertujuan untuk memperluas basis investor dalam negeri dengan menyediakan alternatif investasi dan mendukung terwujudnya keuanga inklusif serta memenuhi sebagian pembiayaan APBN 2018.
Pemerintah menunjuk 17 mitra distribusi bagi ORI015 ini, yang terdiri atas 15 bank dan 2 perusahaan efek.
Ramdhan Ario Naruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa kupon ORI yang tinggi ini menjadi angin segar bagi investor ritel di tengah kondisi pasar investasi yang kini tengah tertekan.
Apalagi, kupon yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan surat utang negara (SUN) tenor yang sama, yang kini di posisi 7,81%. Hal ini menunjukkan upaya serius pemerintah saat ini untuk memperdalam pasar.
Dirinya meyakini instrumen ini akan sangat diminati investor, sebab biasanya kupon ORI tidak lebih tinggi dibandingkan kupon SBR yang diterbitkan pada tahun yang sama.
"Saya perkirakan instrumen ini bisa mendapatkan penawaran investor mencapai Rp15 triliun, bahkan mungkin bisa lebih tinggi lagi," katanya, Selasa (2/10/2018).
Ramdhan mengatakan, instrumen ini sangat cocok bagi investor ritel pemula. Adanya holding periode juga memungkinkan pemerintah menjaga instrumen ini benar-benar diperuntukkan bagi investor ritel, bukannya segera beralih ke investor institusi di pasar sekunder.
Seperti diketahui, berbeda dibandingkan SBR, instrumen ORI bisa ditransaksikan di pasar sekunder.