Bisnis.com, JAKARTA - Kendati penerbitan obligasi pada sisa tahun ini masih marak, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan proyeksi nilai penerbitan atau emisi.
Awalnya, Pefindo memprediksi emisi obligasi tidak akan berbeda dibandingkan tahun lalu, yakni di kisaran Rp150 triliun. Belakangan, target itu diturunkan menjadi kisaran Rp130 triliun hingga Rp140 triliun.
"Kami ekspektasi tahun ini tidak bisa lebih tinggi dari tahun lalu. Nilainya bisa sama seperti tahun lalu saja sudah bagus," kata Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (18/9/2018).
Salyadi menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai emisi lebih rendah. Salah satunya dikarenakan biaya penerbitan atau cost of fund yang lebih tinggi. Kata dia, dibandingkan awal tahun biaya penerbitan pada saat ini naik sekitar 1,5%-2%.
"Memang biaya yang rendah itu akhir tahun," imbuhnya.
Kemudian, obligasi yang diterbitkan pada tahun ini mayoritas merupakan penawaran umum berkelanjutan, bukan obligasi baru. Kata dia, kemungkinan hanya ada beberapa obligasi baru yang diterbitkan. Namun, beberapa diantaranya telah dipastikan melakukan penundaan.
Pefindo mencatat, nilai obligasi yang tertunda pada paruh kedua tahun ini mencapai Rp20 triliun. Penyebabnya adalah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 day repo rate beberapa waktu lalu. Faktor lain adalah tingkat rating yang dianggap tidak kompetitif.
"Kebanyakan rating tidak bagus sehingga takut tidak terserap pasar. Mereka mengundurkan diri, ada yang menunda ada juga yang membatalkan," jelasnya.
Tak sampai disitu, Pefindo juga memperkirakan emisi obligasi pada tahun depan akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun ini. Kekhawatiran mengenai rencana Amerika Serikat (AS) kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi faktor utama.
Dia memaparkan, tahun ini terbilang lebih baik dibandingkan dengan tahun depan. Meskipun biaya penerbitan dan suku bunga relatif tinggi, pasar masih berminat untuk menyerap oibligasi yang diterbitkan. Kondisi inilah yang membuat perusahaan optimistis merilis obligasi.
"Sekarang suku bunga tinggi, tapi likuiditas di market aman. Asal mau bayar biaya lebih tinggi obligasi pasti laku. Tahun depan malah khawatir karena bisa semakin tinggi," ujarnya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total emisi obligasi termasuk penawaran umum berkelanjutan tahap I dan seterusnya pada tahun lalu tercatat Rp156,71 triliun. Adapun per Agustus tahun ini, total emisi obligasi dan sukuk korporasi senilai Rp82,52 triliun.
Sementara itu, nilai penerbitan yang masih ada di dalam pipeline Pefindo sejauh ini sekitar Rp30 triliun hingga Rp40 triliun. Jika terealisasi, maka maksimal emisi obligasi pada tahun ini hanya di kisartan Rp120 triliun, turun sebesar 23,07% dibandingkan dengan tahun lalu.
Sepinya penerbitan obligasi pada tahun depan juga telah diprediksi Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra. Tahun ini, sambungnya, biaya penerbitan terbilang murah dibandingkan dengan tahun depan.
"Tahun depan mahal dan ada potensi suku bunga yang kembali naik," kata dia.